Kisah Kem Sokha Bertarung Tegakkan HAM, Politik Bersih di Kamboja

Minggu, 10 November 2019 19:04 WIB

Tokoh oposisi dan HAM terkemuka di Kamboja, Kem Sokha. [THE STAR ONLINE]

TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan kota Phnom Penh, Kamboja membebaskan pemimpin oposisi Kem Sokha dari tahanan rumah hari ini, 11 November 2019 setelah menjalani hukuman itu selama 2 tahun.

Kem Sokha yang lahir 27 Juni 1953 di Tram Kak, Takeo merupakan tokoh HAM terkemuka di Kamboja, pernah menempati sejumlah posisi penting di parlemen maupun di pemerintahan Perdana Menteri Hun Sen.

Kem Sokha lahir dari keluarga miskin Kamboja. Dia kehilangan ayah dan ibunya saat tragedi penguasa Khmer Merah yang menewaskan sekitar 1,3 juta rakyat Kamboja pada tahun 1975.

Di tengah kesulitan hidup yang sangat berat dan terpaksa tidur di pagoda saat tidak ada uang, Kem Sokha menyelesaikan studi hukum dari Royal University of Law and Economics.

Setelah tragedi Khmer Merah berakhir dan Kamboja dikuasai Vietnam tahun 1979, Kem Sokha menjadi Wakil ketua distrik di Phnom Penh.

Advertising
Advertising

Tidak puas dengan penguasa Vietnam, Kem Sokha kemudian mendukung Freedom Fighters, organisasi bawah tanah yang berusaha melawan penguasa Vietnam.

Dia kemudian mundur dari pemerintahan dan meninggalkan Kamboja untuk menghindar dari kemungkinan untuk ditangkap.

Kem Sokha terbang ke Prague, Republik Czech untuk melanjutkan studi di Institute of Chemical Technologi dan meraih Master of Science bidang Biochemistry tahun 1986.

Dia pulang ke tanah air dan bekerja di Kementerian Industri tanpa jabatan berarti karena masa lalunya sebagai pendukung Freedom Fighters.

Tak lama kemudian Kem Sokha dipindah tugas ke perbatasan Thailand dan di sana dia mendirikan perkebunan lada dengan merekrut pekerja lokal. Selama 3 tahun di sana, dia mengembangkan perkebunan lada seluas 10 hektare.

Kem Sokha mendirikan lembaga HAM pertama di Kamboja untuk menangani isu dan masalah korban kekerasan HAM dan membantu korban mendapatkan hak-haknya.

Setahun kemudian, dia meninggalkan organisasi itu dan bergabung dengan partai Buddhiest Liberal Democratic Party sebagai sekretaris jenderal. Dia terpilih sebagai anggota parlemen di tingkat nasional dari wilayah Kandal.

Tiga tahun kemudian, partai ini terbelah, dan Kem Sokha mendirikan partai baru diberi nama Son Sann Party dan menjabat sebagai sekretaris jenderal.

Di tahun 1997, Kem Sokha melarikan diri ke Thailand bersama orang-prang yang menentang kudeta militer yang diinisiasi Cambodia People Party untuk menjatuhkan Perdana Menteri pertama Kamboja, Norodom Rannaridh.

Di Thailand, Kem Sokha mendirikan serikat buruh diberi nama Union of Cambodian Democrats untuk mendukung para imigran dari Kamboja. Dia menjabat sebagai sekretaris jenderal.

Perdana Menteri kedua Kamboja, Hun Sen pada tahun 1998 mengizinkan para imigran pulang ke tanah air mereka dan mengikuti pemilihan umum. Kem Sokha dijagokan ikut pemilu oleh partai Son Sann.

Partai Son Sann kalah pemilu. Kem Sokha dan para pemimpin partai oposisi kemudian menggelar unjuk rasa besar-besaran memprotes berbagai kecurangan dalam pemilu. Pasukan militer dikerahkan untuk meredam unjuk rasa.

Kem Sokha kemudian mendapat status pengungsi di kantor PBB dan kedutaan AS selama 50 hari setelah unjuk rasa itu. Setelah melakukan negosiasi dengan partai FUNCINPEC yang dipimpin Rannaridh dan Hun Sen, Kem Sokha dibebaskan pada tahun 1999.

Di tahun yang sama, FUNCINPEC bergabung dengan partai Son Sann. Kem Sokha sebagai wakil sekretaris jenderal.

Kem Sokha terpilih sebagai senator dan menjadi Ketua Komisi HAM. Dia kemudian mundur dari partai dan Senat tahun 2001 ketika partai itu terinfeksi korupsi.

Kem Sokha setahun kemudian mendirikan Pusta HAM Kamboja yang didukung USAID. Dia menjadi ketua lembaga HAM yang mendidik rakyat Kamboja mengenai HAM.

Lima tahun kemudian, Kem Sokha membentuk partai HAM dan menjadi pemimpin. Partai ini kemudian bergabung dengan partai yang didirikan Sam Rainsy, Cambodia National Rescue Party, CNRP pada tahun 2012.

Dalam pemilihan parlemen, Kem Soha terpilih menjadi anggota parlemen tahun 2014. Dia menyuarakan slogan terkenal saat kampanye, yakni Do Min Do, Berubah atau Tidak Ada Perubahan. Dia terpilih menjabat sebagai wakil ketua pertama parlemen Kamboja.

Kem Sokha yang menikah dan memiliki dua anak perempuan ini ditangkap tahun 2017 atas tuduhan berkolusi dengan Amerika Serikat menggulingkan pemerintahan Hun Sen.

Kem Sokha dibebaskan dari tahanan rumah pada 11 November 2019 dengan jaminan tim pengacaranya. Namun pengadilan ibukota Kamboja melarangnya ke luar negeri dan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan politik.

Berita terkait

Civitas Academica Universitas di Iran Adakan Unjuk Rasa Pro-Palestina

4 hari lalu

Civitas Academica Universitas di Iran Adakan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Para mahasiswa, dosen dan staf di berbagai universitas di Iran mengadakan unjuk rasa pro-Palestina di masing-masing kampus.

Baca Selengkapnya

Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

6 hari lalu

Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

Militer Korea Selatan melarang anggotanya menggunakan iPhone bahkan Apple Watch. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Universitas di Amerika Serikat Batalkan Pidato Wisuda Lulusan Berprestasi yang Pro-Palestina

16 hari lalu

Universitas di Amerika Serikat Batalkan Pidato Wisuda Lulusan Berprestasi yang Pro-Palestina

University of Southern California (USC) di Amerika Serikat membatalkan pidato wisuda oleh seorang mahasiswi berprestasi pro-Palestina dengan alasan keamanan.

Baca Selengkapnya

TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

18 hari lalu

TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

TNI sebut pembunuhan oleh OPM terhadap Danramil Aradide sebagai pelanggaran HAM berat. Bagaimana kategori jenis pelanggaran HAM berat sesuai UU HAM?

Baca Selengkapnya

Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza, Pelapor Khusus PBB Diancam

36 hari lalu

Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza, Pelapor Khusus PBB Diancam

Pelapor khusus PBB Francesca Albanese, yang menerbitkan laporan bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza, mengaku menerima ancaman

Baca Selengkapnya

Blinken dan Biden Ucapkan Selamat kepada Prabowo, Apa Artinya untuk Hubungan Indonesia-AS?

43 hari lalu

Blinken dan Biden Ucapkan Selamat kepada Prabowo, Apa Artinya untuk Hubungan Indonesia-AS?

Diplomat top AS, Antony Blinken, baru mengucapkan selamat kepada Prabowo setelah hasil resmi KPU diumumkan.

Baca Selengkapnya

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

44 hari lalu

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

MK RI menyerukan dukungan untuk Palestina dalam forum pertemuan Biro World Conference on Constitutional Justice atau WCCJ ke-21 di Venice, Italia.

Baca Selengkapnya

Kembali ke Panggung Politik, Eks PM Kamboja Hun Sen Terpilih Jadi Senator

25 Februari 2024

Kembali ke Panggung Politik, Eks PM Kamboja Hun Sen Terpilih Jadi Senator

Partai berkuasa di Kamboja mengklaim kemenangan telak dalam pemilihan Senat, membuka peluang bagi mantan Perdana Menteri Hun Sen kembali ke politik

Baca Selengkapnya

7 Organisasi HAM Israel Serukan Pendanaan Kembali UNRWA

23 Februari 2024

7 Organisasi HAM Israel Serukan Pendanaan Kembali UNRWA

Tujuh organisasi HAM Israel mengeluarkan seruan bersama untuk mengembalikan donasi ke UNRWA agar dapat melanjutkan pekerjaannya di Gaza.

Baca Selengkapnya

Atnike Sigiro Berharap HAM jadi Agenda Prioritas Presiden Terpilih

15 Februari 2024

Atnike Sigiro Berharap HAM jadi Agenda Prioritas Presiden Terpilih

Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro berharap HAM akan menjadi salah satu agenda prioritas presiden terpilih.

Baca Selengkapnya