Rusia Sebut Nada Surat Donald Trump ke Erdogan Aneh

Jumat, 18 Oktober 2019 18:00 WIB

Surat Donald Trump kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait masalah Suriah yang dikirim pada 9 Oktober 2019.[Middle East Eye]

TEMPO.CO, Jakarta - Rusia mempertanyakan nada surat yang dikirim oleh Presiden AS Donald Trump kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang disebut Kremlin sangat tidak biasa untuk korespondensi antara kepala negara.

Gedung Putih pada hari Rabu merilis surat 9 Oktober, di mana Trump mengancam Erdogan, "Jangan menjadi pria yang keras" dan "Jangan bodoh!"

"Anda tidak sering menemukan bahasa seperti itu dalam korespondensi di antara para kepala negara. Itu adalah surat yang sangat tidak biasa," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dikutip dari The Moscow Times, 18 Oktober 2019.

Surat itu dirilis saat Trump berjuang untuk memperbaiki citra politik setelah keputusannya untuk menarik pasukan AS dari Suriah utara, membuka jalan bagi operasi Turki melawan sekutu Kurdi AS.

Sebuah surat 9 Oktober dari Presiden AS Donald Trump kepada Presiden Turki Presiden Turki Tayyip Erdogan memperingatkan Erdogan tentang kebijakan militer Turki dan rakyat Kurdi di Suriah, dirilis oleh Gedung Putih di Washington, AS 16 Oktober 2019. [Gedung Putih / Selebaran melalui Reuters]

Advertising
Advertising

Dikutip dari Middle East Eye, mantan perdana menteri Turki Ahmet Davotoglu mengatakan semua pertemuan dengan para pejabat AS harus dibatalkan, karena surat ancaman ke Erdogan tersebut.

Pejabat Turki, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa Erdogan membuang surat Donald Trump ke tempat sampah setelah membacanya.

"Kami baru saja membuang suratnya ke tempat sampah," kata salah satu dari pejabat.

Pejabat tersebut mengatakan Erdogan membalas surat Donald Trump dengan operasi militer ke Suriah. Operation Peace Spring diluncurkan pada 4 sore tepat surat itu diterima pada tanggal 9 Oktober.

"Surat Trump kepada Erdogan ini adalah korespondensi paling merusak yang bisa dibocorkan sebelum kunjungan Wapres Pence ke Ankara besok (17 Oktober)," tulis Soner Cagaptay, pakar Turki terkemuka di Twitter pada hari Rabu.

Bagaimanapun Erdogan dan Mike Pence bertemu dan sepakat pada Kamis, untuk menghentikan serangan ke Suriah, dilaporkan Hurriyet. Turki menolak kesepakatan ini dengan alasan gencatan senjata harus disepakati langsung oleh dua kubu berseteru.

Kesepakatan Erdogan dan Mike Pence memberikan waktu lima hari gencatan senjata agar Kurdi menarik mundur milisinya dari zona aman 32 kilometer di timur laut Suriah. Mike Pence juga berjanji AS akan membatalkan sanksi ekonomi terhadap Turki seperti yang dijanjikan Trump dalam suratnya.

Presiden Donald Trump memuji Presiden Recep Tayyip Erdogan setelah sepakat gencatan senjata selama lima hari di timur laut Suriah.

"Saya sangat menghargai apa yang telah dilakukan Turki. Mereka melakukan hal yang benar dan saya sangat menghormati presiden Erdogan," kata Donald Trump kepada wartawan di Texas.

Berita terkait

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

1 jam lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

20 jam lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

1 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

1 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

2 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

3 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

3 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

3 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

4 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

5 hari lalu

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

Sukhoi Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4++ yang dilengkapi dengan teknologi canggih

Baca Selengkapnya