Presiden Donald Trump Mendadak Urungkan Niat Serang Iran
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Jumat, 21 Juni 2019 14:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat, 21 Juni 2019, menyetujui serangan militer ke Iran, namun tak lama Trump menarik kembali keputusannya itu. Persetujuan Trump itu awalnya untuk membalas atas jatuhnya pesawat pengintai tak berawak senilai $ 130 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun.
Dikutip dari reuters.com Jumat, 21 Juni 2019, Trump awalnya menyetujui serangan untuk menyerang sejumlah target seperti radar dan baterai rudal. Surat kabar The New York Times mewartakan pada rencana itu sejumlah pejabat senior dilibatkan atau telah diberikan pengarahan.
Baca juga: Video Detik-detik Rudal Iran Tembak Drone Mata-mata Amerika
Serangan itu awalnya direncanakan akan dilakukan sebelum fajar pada Jumat, 21 Juni 2019, untuk meminimalkan risiko pada militer Iran dan warga sipil. Sejumlah pesawat tempur dan kapal-kapal pun sudah disiagakan, namun tidak ada rencana untuk menembakkan rudal.
Baca juga: Mengintip Kecanggihan Drone Global Hawk AS yang Ditembak Iran
The New York Times menuliskan Presiden Trump tiba-tiba berubah fikir tak lama setelah menyetujui serangan ke Iran. Namun jika hal ini jadi terjadi, maka akan menjadi serangan militer Presiden Trump ke tiga ke Timur Tengah. Trump melancarkan serangan militer pertama kali pada 2017 dan kedua pada 2018 yang dua-duanya menyerang Suriah.
Masih belum diketahui apakah serangan ke Iran ini akan tetap dilanjutkan atau tidak. Masih belum diketahui pula apakah pembatalan serangan tersebut benar karena Presiden Trump berubah fikir atau karena adanya kekhawatiran dari para pejabat tinggi pemerintahan terkait logistik dan strategi.
Iran pada Kamis kemarin, 20 Juni 2019, menembak pesawat tanpa awak atau drone milik militer Amerika Serikat karena menduga drone itu untuk memata-matai Iran. Amerika Serikat mengklaim drone itu berada di wilayah perairan internasional, namun dibantah Iran dengan menyebut drone itu terbang ke wilayah udaranya.
Hubungan bilateral Amerika Serikat – Iran diselimuti ketegangan setelah pemerintahan Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional yang disetujui Iran, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Barack Obama dan negara-negara kekuatan dunia. Selain menarik diri dari kesepakatan itu, Trump juga memperketat sanksi ekonomi pada Iran agar negara itu mau menghentikan program nuklirnya yang dituding untuk membuat senjata pemusnah massal.