Asosiasi Jurnalis Hong Kong Tolak RUU Ekstradisi ke Cina

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 11 Juni 2019 18:00 WIB

Ribuan pengunjuk rasa melakukan aksi menuntut penghapusan usulan peraturan ekstradisi ke Cina di depan gedung parlemen Hong Kong, 9 Juni 2019. REUTERS/Tyrone Siu

TEMPO.CO, Hong Kong – Asosiasi Jurnalis Hong Kong atau Hong Kong Journalists Association mendesak pemerintah agar menarik rencana amandemen Undang-Undang Ekstradisi atau Fugitive Offenders Ordinance.

Baca juga: 1 Juta Warga Hong Kong Demo Tolak RUU Ekstradisi Cina

Ini karena asosiasi telah mendapat informasi bahwa Ketua Mahkamah Agung Cina, Zhou Qiang, mengatakan independensi dalam proses hukum harus ditolak.

Advertising
Advertising

“Kami juga telah melihat otoritas di Cina daratan membuat berbagai tuduhan tidak berdasar kepada jurnalis, termasuk tuduhan kepemilikan obat-obatan terlarang, penyelundupan, penyuapan, dan penipuan,” begitu pernyataan asosiasi yang diterima Tempo pada Selasa, 11 Juni 2019.

Asosiasi juga menyatakan Kepala Eksekutif Hong Kong mengalami kesulitan untuk menolak permintaan pemerintah Cina. Kami juga mengerti bahwa pengadilan Hong Kong tidak memiliki cara untuk mempertanyakan keadilan dan imparsialitas dari proses penuntutan dari Cina daratan.

Baca juga: 1 Juta Demonstran Tuntut Mundur, Ini Reaksi Pemimpin Hong Kong

Asosiasi berpendapat upaya amandemen pemerintah terhadap UU Ekstradisi gagal memperbaiki kekurangan mendasar yang ada.

“Pemerintah telah mengabaikan ketentuan yang diatur dalam aturan baku HAM internasional,” begitu pernyataan Asosiasi.

Menurut Asosiasi, jika amandemen UU ini disahkan maka akan mengizinkan transfer orang ke negara – negara yang tidak memiliki sistem pengadilan yang adil.

Baca juga: Polisi Hong Kong Bersihkan Tempat Unjuk Rasa

“Ini bisa membuat mereka menghadapi penyiksaan, dan perlakuan tidak manusiawi hingga merendahkan,” kata Asosiasi Jurnalis Hong Kong.

Asosiasi juga menyatakan para wartawan bisa menjadi target dari ketentuan yang dibuat dalam amandemen ini.

“Kami paham dengan jelas bahwa kami bisa menjadi subyek untuk transfer atas permintaan otoritas Cina daratan agar kami menjalani pengadilan di sana,” kata dia.

Kondisi ini, menurut Asosiasi, mirip seperti adanya pedang yang sengaja digantung di atas kepala jurnalis dan bisa membungkam pengungkapan kebenaran.

Foto: Menantang Pemerintah Hongkong, Joshua Wong Mogok Makan

“Ini bisa menjadi pukulan lanjutan terhadap kebebasan berekspresi di Hong Kong, yang mulai menurun,” kata Asosiasi.

Pengesahan amandemen UU Ekstradisi ini bakal menghilangkan batasan antara Hong Kong dan Cina daratan. “Kedaulatan hukum juga bakal hancur. Ini akan melemahkan status Hong Kong yang merupakan pusat keuangan internasional,” kata Asosiasi. “Hong Kong bakal hanya menjadi salah satu kota di Cina.”

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

11 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

16 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

16 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

17 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

21 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya