Amerika Mengkhawatirkan Warga Negaranya di Hong Kong

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 11 Juni 2019 14:45 WIB

Ribuan pengunjuk rasa melakukan aksi menuntut penghapusan usulan peraturan ekstradisi ke Cina di depan gedung parlemen Hong Kong, 9 Juni 2019. Peraturan baru ini dikhawatirkan akan mengancam kebebasan sipil dan perlindungan hukum di Hong Kong. REUTERS/Tyrone Siu

TEMPO.CO, Washington – Pemerintah Amerika Serikat mengatakan merasa prihatin terhadap proses amandemen Undang-Undang Ekstradisi di Hong Kong.

Baca juga: 1 Juta Warga Hong Kong Demo Tolak RUU Ekstradisi Cina

Ini karena amandemen itu membuka peluang tersangka untuk diekstradisi ke Cina daratan. Jika perubahan pasal ini dilakukan, pemerintah AS menilai itu bisa merugikan status spesial yang dimiliki Hong Kong saat ini.

Advertising
Advertising

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, mengatakan tergerusnya bingkai satu negara dua sistem di Hong Kong merugikan status khusus wilayah itu di dunia internasional.

Baca juga: 1 Juta Demonstran Tuntut Mundur, Ini Reaksi Pemimpin Hong Kong

Pernyataan ini mengacu kepada UU Kebijakan AS – Hong Kong pada 1992. UU itu menyatakan Hong Kong mendapatkan perlakuan spesial yang membedakannya dari Cina daratan terkait penerapan UU domestik di AS.

“Pemerintah AS menyatakan keprihatinan mendalam terhadap proposal pemerintah Hong Kong untuk mengamandemen ketentuan hukum mengenai tersangka,” kata Ortagus.

Dia juga merujuk kepada aksi unjuk rasa akbar damai di Hong Kong pada Ahad kemarin. Unjuk rasa ini menunjukkan adanya oposisi publik terhadap rencana amandemen UU itu.

Baca juga: Polisi Hong Kong Bersihkan Tempat Unjuk Rasa

“AS berbagi keprihatinan dengan banyak warga Hong Kong mengenai berkurangnya prosedur perlindungan dalam proses amandemen ini. Ini bisa melemahkan status otonomi Hong Kong dan berdampak negatif perlindungan jangka panjang Hak Asasi Manusia, kebebasan fundamental dan nilai-nilai demokrasi,” kata Ortagus.

Pemimpin kota Hong Kong yang ditunjuk Beijing, Cina, Carrie Lam. [ Hong Kong Free Press]

Dia juga mengatakan pemerintah AS merasa prihatin bahwa amandemen UU Ekstradisi ini bisa merusak lingkungan bisnis Hong Kong. “Ini juga membahayakan warga negara kami yang tinggal dan mengunjungi Hong Kong terhadap pemberlakuan sistem hukum Cina yang kerap berubah-ubah,” kata dia.

Foto: Menantang Pemerintah Hongkong, Joshua Wong Mogok Makan

Secara terpisah, seperti dilansir Channel News Asia, sekitar satu juta warga Hong Kong turun ke jalan pada Ahad kemarin. Mereka menuntut pembatalan rencana amandemen UU Ekstradisi. Mereka juga menuntut Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, yang dikenal pro Cina, untuk mundur dari jabatannya.

Namun, seperti dilansir Aljazeera, Lam mengatakan proses amandemen itu akan terus berlangsung di parlemen Hong Kong. Isu ini akan kembali dibahas pada Rabu, 12 Juni 2019.

Berita terkait

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

37 menit lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

16 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya