Kepala Eksekutif Hong Kong Sebut RUU Ekstradisi Berlanjut

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Senin, 10 Juni 2019 16:49 WIB

Polisi anti huru hara menyemprotkan semprotan merica pada pengunjuk rasa yang melakukan aksi menuntut penghapusan usulan peraturan ekstradisi ke Cina di depan gedung parlemen Hong Kong, 9 Juni 2019. REUTERS/Thomas Peter

TEMPO.CO, Hong Kong- Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, mengatakan dia tidak berencana menarik Rancangan Undang Undang Ekstradisi, yang kontroversial, meski ada unjuk rasa sekitar 1 juta warga yang menolaknya.

Baca juga: 1 Juta Warga Hong Kong Demo Tolak RUU Ekstradisi Cina

RUU Ekstradisi ini mengatur ketentuan ekstradisi warga Hong Kong ke Cina untuk menjalani proses hukum.

Advertising
Advertising

“Ini merupakan legislasi yang penting untuk menegakkan keadilan dan memastikan Hong Kong akan memenuhi kewajiban internasional dalam melawan kejahatan lintas batas dan transnasional,” kata Carrie Lam kepada media seperti dilansir Aljazeera pada Senin, 10 Juni 2019.

Lam melanjutkan,”Pembahasan RUU ini akan berlanjut pada 12 Juni.”

Baca juga: 1 Juta Demonstran Tuntut Mundur, Ini Reaksi Pemimpin Hong Kong

Dia menolak tudingan telah mengabaikan protes publik dengan alasan telah membuat konsesi dalam aturan RUU itu untuk melindung kebebasan berekspresi di Hong Kong. Ini untuk melindungi HAM publik dan menjaga agar aturan sesuai dengan standar internasional.

“Saya dan tim tidak mengabaikan berbagai pandangan mengenai RUU yang sangat penting ini. Kami mendengarkan secara penuh,” kata dia.

Baca juga: Polisi Hong Kong Bersihkan Tempat Unjuk Rasa

Pemerintahan semi otonom Hong Kong mengajukan RUU ini ke parlemen agar disahkan. Salah satu poinnya adalah mengizinkan proses ekstradisi kriminal ke negara manapun termasuk Cina meskipun tidak ada perjanjian ekstradisi sebelumnya.

Para penolak berunjuk rasa besar-besaran pada Ahad, 9 Juni 2019. Mereka merasa khawatir Beijing akan menggunakan aturan ini untuk menangkapi para pengkritik di Hong Kong dan mengekstradisi ke Cina.

Foto: Menantang Pemerintah Hongkong, Joshua Wong Mogok Makan

Polisi anti-huru hara mengepung parlemen Hong Kong pada Senin ini setelah sebuah pawai massa unjuk rasa terlibat bentrok fisik dengan polisi, yang menggunakan semprotan serbuk merica.

Ketua Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam. Reuters

Unjuk rasa ini membuat Hong Kong jatuh pada krisis politik, yang menekan pemerintahan Carrie Lam, yang dikenal pro-Beijing.

Unjuk rasa pada Ahad kemarin, menurut panitia, diperkirakan mencapai satu juta orang meskipun polisi menilai jumlahnya hanya sekitar 240 ribu orang.

Secara terpisah, media asal Cina menuding unjuk rasa penolakan RUU Ekstradisi mendapat dukungan dari kekuatan Barat. Channel News Asia melansir media Cina seperti Global Times menyebut ada pertemuan antara tokoh oposisi Hong Kong dengan Menlu AS, Mike Pompeo, dan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi.

Berita terkait

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

4 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

21 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya