Politikus Cina Puji Negosiasi Dagang dengan Amerika

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Senin, 4 Maret 2019 16:21 WIB

Presiden Cina Xi Jinping saat acara makan siang bersama dengan Presiden Donald Trump setelah pertemuan KTT G20 di Buenos Aires, Argentina, 1 Desember 2018. REUTERS/Kevin Lamarque

TEMPO.CO, Beijing – Kemajuan substansial dalam pembahasan perdagangan Amerika Serikat dan Cina mendapat sambutan baik di kedua negara dan dunia.

Baca:

“Sejarah menunjukkan kerja sama merupakan pilihan terbaik bagi dua ekonomi terbesar dunia,” kata Zhang Yesui, bekas duta besar Cina di Washington, Amerika Serikat, seperti dilansir Reuters pada Senin, 4 Maret 2019.

Zhang, yang sekarang menjabat sebagai juru bicara parlemen Cina, mengatakan kedua negara mencapai kemajuan substantif mengenai banyak isu yang menyangkut kepentingan bersama.

Advertising
Advertising

Baca:

“Hubungan perdagangan dan ekonomi Cina dan AS saling menguntungkan dan bersifat kemenangan bersama. Kami berharap kedua pihak dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan,” kata Zhang menjelang pembukaan sesi sidang parlemen.

Baca:

Menurut dia, AS dan Cina memiliki perbedaan pendapat selain menyangkut perdagangan seperti isu Hak Asasi Manusia, sengketa Laut Cina Selatan, dan Taiwan yang ingin memerdekakan diri.

Cina akan tetap mempertahankan kedaulatan negara dan keamanan sambil mengembangkan hubungan saling menghormati dan non-konfrontasi dengan AS. “Sejarah, budaya dan sistem sosial kedua negara serta tahapan pembangunannya memiliki banyak perbedaan,” kata Zhang. Sehingga, ini bisa memicu terjadinya perbedaan dan sengketa meski tidak harus berujung konfrontasi.

Baca:

“Menggunakan pola pikir lama dari era Perang Dingin untuk mengatasi masalah baru dunia dalam konteks globalisasi tidak akan membawa Anda kemanapun,” kata Zhang.

Kedua negara, seperti dilansir CNBC, sempat terlibat perang tarif yang dimulai pada Juli 2018 dengan masing-masing menaikkan tarif impor sebesar 10 - 25 persen. Ini menyasar produk pertanian dari AS dan produk elektronik dan digital dari Cina. Presiden AS, Donald Trump, memperpanjang jatuh tempo kenaikan tarif impor Cina agar kedua negara menyelesaikan negosiasi kesepakatan dagang.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

6 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

6 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

7 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

11 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

14 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya