Erdogan dan Benjamin Netanyahu Saling Hujat
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Senin, 24 Desember 2018 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan PM Israel Benjamin Netanyahu saling perang kata-kata pada Sabtu kemarin. Erdogan menuduh orang-orang Yahudi memukul perempuan dan anak-anak yang lemah di lantai, sementara Netanyahu menuduh orang-orang Turki melecehkan orang-orang Kurdi di Turki.
"Yahudi di Israel menghajar orang-orang yang terbaring di tanah. Faktanya, Yahudi tidak hanya memukul pria namun juga wanita dan anak-anak yang terjatuh di tanah," kata Erdogan selama pidato di acara Turkey Youth Foundation, dikutip dari Sputniknews, 23 Desember 2018.
Baca: Putra Netanyahu Unggah Makian ke Turki di Instagram
Tak lama kemudian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membalas melalui Twitter soal pernyataan Erdogan.
"Erdogan, penjajah Siprus utara, yang tentaranya membantai wanita dan anak-anak di desa Kurdi, di dalam dan di luar Turki. Dia tidak perlu mengajari Israel tentang moralitas," kata Netanyahu.
Rangkaian perang kata ini ditanggapi pula oleh Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, di Twitter pada Minggu.
"Netanyahu adalah pembunuh berdarah dingin di zaman modern," kicau Mevlut, dikutip dari Jerusalem Post.
Baca: Ini Alasan Presiden Turki Erdogan Bekerjasama dengan Israel
Saling hujat Erdogan dan Netanyahu disertai gambar-gambar yang muncul di media sosial seperti pria Palestina yang ditutup matanya di penjara Israel, pria penyandang disabilitas yang ikut protes di Gaza dan foto ikonik Ahed Tamimi yang melawan tentara Israel.
Berbicara di Istanbul, Erdogan juga mengatakan Turki menyambut keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menarik pasukan AS dari Suriah. Erdogan mengatakan Turki akan menunda operasi militer melawan pasukan Kurdi di timur laut Suriah.
Baca: Israel Bersumpah Lawan Iran di Suriah Meski Tanpa Pasukan AS
Menurut Erdogan, Turki akan memimpin pertempuran melawan ISIS di Suriah dan terus melawan pasukan Kurdi di timur laut Suriah, sementara Netanyahu mengaku, dikutip dari laporan Haaretz, bahwa penarikan pasukan AS tidak akan berdampak pada kebijakan militer Israel dan bahkan akan menggandakan kekuatan militer untuk menghadapi ancaman Iran di perbatasan Suriah.