Karir Politik Menguat, Putra Sulung Hun Sen Digadang Jadi Penerus

Sabtu, 22 Desember 2018 16:02 WIB

Hun Manet, menggunakan seragam militer. Jeff Christensen/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Putra sulung PM Kamboja Hun Sen yang meniti karir politik dengan partai berkuasa ayahnya, Partai Rakyat Kamboja, telah memunculkan spekulasi akan meneruskan karir politik ayahnya.

Letnan Jenderal Hun Manet, 41 tahun, wakil kepala angkatan bersenjata Kamboja, diangkat dari Komite Pusat Partai Rakyat Kamboja yang beranggotakan 865 orang, menjadi anggota Komite Tetap yang beranggotakan 37 orang, yang menjadi badan penentu kebijakan penting Kamboja, menurut laporan Bangkok Post, 22 Desember 2018.

Baca: Parlemen Kamboja Longgarkan Aturan Berpolitik Oposisi

Enam anggota Partai Rakyat Kamboja lain, tiga wakil perdana menteri dan tiga petinggi militer, juga diangkat menjadi anggota Komite Tetap selama kongres partai pada Kamis kemarin.

Letnan Jenderal, Hun Manet, merupakan kepala staf gabungan Angkatan Bersenjata Kamboja. Reuters.

Advertising
Advertising

Hun Sen yang telah memimpin Kamboja selama tiga puluh tahun lebih sering menyebut putra sulungnya, Hun Manet, sebagai penerus potensial dirinya. Adik Hun Manest, Hun Manit, juga menempati jabatan militer penting sementara si bungsu Hun Many, yang juga disebut-sebut calon penerus ayahnya adalah anggota Majelis Nasional.

Baca: Hun Sen Tidak Mau Ada Pangkalan Militer Asing di Kamboja

Partai Hun Sen mutlak menang pemilu pada Juli kemarin, setelah pengadilan membubarkan partai oposisi Kamboja. Partainya menang 125 kursi di Majelis Nasional, yang membuatnya resmi kembali menjabat PM Kamboja secara resmi pada September. Dengan hasil ini Hun Sen menjadi kepala negara terlama di dunia yang masih memimpin.

Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen berbincang dengan Angelina Jolie saat berkunjung ke Phnom Penh, Kamboja, 17 September 2015. Dalam pembuatan film tersebut, istri Brad Pitt tersebut juga akan mengajak anak asuhnya, Maddox yang diasuh dari Kamboja untuk ikut bermain film tersebut. AP Photo

Hasil ini tentu saja ditolak oleh partai oposisi, Partai Penyelamat Nasional Kamboja atau CNRP. Phnom Penh Post melaporkan ketua partai sementara CNRP yang tinggal di pengasingan, Sam Rainsy, menuding hasil pemilu 29 Juli dimanipulasi.

Baca: Dokumen Bocor Sebut Rezim Hun Sen Bakal Perketat Pengawasan

Hun Sen pertama kali menjadi perdana menteri pada 1985 setelah kekuasaan rezim Khmer Merah yang bertanggung jawab atas kematian sekitar 1,7 juta warga Kamboja. Selama berkuasa, Hun Sen membungkam lawan politiknya dengan aksi kekerasan dan represif termasuk kudeta pada tahun 1997.

Berita terkait

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

47 menit lalu

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

5 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

6 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

22 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

35 hari lalu

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan jika disahkan oleh parlemen, undang-undang kasino akan menghasilkan lebih banyak lapangan kerja

Baca Selengkapnya

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

45 hari lalu

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

LPM FEB UI meneliti dampak ekonomi dari konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura. Perhelatan konser dua bintang dunia tersebut tembus Rp 11 T.

Baca Selengkapnya

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

45 hari lalu

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

Pemerintah mengimpor 22.500 ton beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H, selain mengandalkan produk nasional

Baca Selengkapnya

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

50 hari lalu

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

Sebuah perusahaan riset mengungkap tingkat pemulihan industri pariwisata Asia Tenggara dilihat dari kunjungan wisatawan asing, Kamboja paling tinggi.

Baca Selengkapnya

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

52 hari lalu

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

Identitas sosok yang sedang tersenyum ini menjadi perdebatan sejak penemuan kembali Bayon di Angkor Wat pada abad ke-19.

Baca Selengkapnya