TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, mengatakan dirinya tidak akan pernah mengizinkan pangkalan militer asing di negaranya menyusul laporan yang menyebut Cina tengah melobi pembangunan pangkalan laut di barat daya Provinsi Koh Kong.
Laporan Asia Times yang mengutip sumber diplomatik dan pakar mengatakan Beijing tengah melobi Kamboja untuk membangun pangkalan angkatan laut yang bisa menampung kapal perang jenis frigate, perusak, dan kapal kelas lain milik Angkatan Laut Cina.
Baca: Dokumen Bocor Sebut Rezim Hun Sen Bakal Perketat Pengawasan
"Apakah Kamboja harus melanggar konstitusinya untuk mengizinkan pangkalan militer asing di tanah Kamboja?" kata Menteri Informasi dan Komunikasi Kamboja, Khieu Kanharith, yang menyampaikan pesan Hun Sen di Facebook selama pertemuan kabinet pada Senin, seperti dilaporkan dari Reuters, 19 November 2018.
PM Kamboja, Hun Sen bereaksi atas pertanyaan jurnalis saat dia berjaalan dengan PM Australia Malcolm Turnbull di sela-sela KTT Asean--Australia, 16 Maret 2018. Reuters
"Untuk melawan siapa sehingga Kamboja membutuhkan pasukan asing?" kata Hun Sen."Dan saya tidak butuh orang asing untuk bertempur di wilayah Kamboja seperti di masa lalu, atau mengizinkan Kamboja menjadi tempat eksperimen senjata atau ideologi."
Pangkalan angkatan laut diduga bagian dari proyek Tianjin Union Development Group (UDG) milik Cina, yang mulai bekerja pada 2008 di lahan seluas 45.000 hektar di taman nasional yang berusia 99 tahun.
Baca: Hun Sen Merasa Negara Lain Menampar Kepalanya, Kenapa?
Hanya ada sedikit informasi tentang proyek senilai US$ 3,8 miliar (Rp 55 triliun) atau kemajuan pembangunan proyek.
UDG menghabiskan US$ 45 juta atau Rp 656 miliar untuk pelabuhan, seperti dilaporkan oleh Asia Times, yang diduga sebagai pangkalan angkatan laut.
Sawac Consultants for Development yang berbasis di Kamboja, yang ditugaskan oleh kementerian lingkungan hidup Kamboja, mengatakan pelabuhan itu akan mampu menampung hingga empat kapal kontainer dengan bobot 20.000 ton.
Pelabuhan itu dijaga oleh militer Kamboja dan tampak belum selesai ketika Reuters berkunjung pada Juni.
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen (kiri kedua) disambut oleh Xi Jinping (kanan kedua) beserta ibu negara Kamboja Bun Rany (kiri), saat Konferensi interaksi dan Membangun Kepercayaan di Asia (CICA) di Shanghai, Cina (20/5). (AP/Ng Han Guan)
Cina, yang merupakan sekutu regional terkuat Hun Sen, telah menggelontorkan miliaran dolar bantuan pembangunan dan pinjaman ke Kamboja melalui kerangka bilateral dan Belt and Road Initiative Cina (BRI).
Baca: Penerbangan Langsung Indonesia - Kamboja Ditargetkan Dibuka 2019
BRI yang diresmikan Presiden Cina Xi Jinping pada 2013, bertujuan untuk meningkatkan jaringan luas hubungan darat dan laut dengan negara-negara Asia Tenggara, Asia Tengah, Timur Tengah, Eropa dan Afrika.
BRI telah menarik pengusaha komersial Cina ke Kamboja, termasuk investasi kasino dan zona ekonomi khusus.