Pembantaian Etnis Rohingya, ASEAN Bisa Jatuhkan Sanksi ke Myanmar

Rabu, 14 November 2018 19:25 WIB

Acara diskusi terbuka mengenai nasib etnis minoritas Rohingya yang dilakukan oleh Komite Nasional Solidaritas Rohingya (KNSR) yang diinisiasi ACT, Rabu, 14 November 2018. Sumber: TEMPO/Suci Sekarwati

TEMPO.CO, Jakarta - Penyelesaian masalah pelanggaran HAM berat yang dilakukan militer Myanmar kepada penduduk etnis minoritas Rohingya bukan hanya bergantung pada pemerintah Myanmar, tetapi pada komitmen komunitas internasional, termasuk Indonesia.

Kyaw Win, Direktur Eksekutif Yayasan HAM Burma, mengatakan jika komunitas internasional ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi etnis Rohingya secepatnya, maka ini bisa saja terjadi. Sebab itikad politik sangat penting dalam hal ini.

"Sayangnya, saat ini saya tidak melihat adanya itikad politik yang kuat. Kita butuh banyak langkah, bukan hanya menekan pemerintah Myanmar, tapi kita perlu langkah lain. Misalnya memberlakukan sanksi ekonomi, membawa para pelaku pembantaian ke pengadilan dan tekanan langsung ke pemerintah Myanmar. Ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini," kata Kyaw dalam diskusi terbuka yang dilakukan oleh Komite Nasional Solidaritas Rohingya (KNSR) yang diinisiasi ACT, Rabu, 14 November 2018.

Baca: Repatriasi Pengungsi Rohingya ke Myanmar Ditentang

Kyaw Win, Direktur Eksekutif Yayasan HAM Burma. Sumber: TEMPO/Suci Sekarwati

Advertising
Advertising

Baca: Tiga Pelanggaran HAM Berat yang Dilakukan Myanmar pada Rohingya

Menurutnya, ASEAN sangat bisa menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Myanmar demi penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat yang dialami etnis minoritas Rohingya. Terlebih, apa yang dihadapi masyarakat Rohingnya di negara bagian Rakhine, Myanmar adalah hal sama yang mereka alami 40 tahun silam.

Tindak kekerasan dan diskriminasi, bukan hanya dialami oleh etnis Rohingya saja, tapi kelompok muslim lainnya di Myanmar. Total ada sekitar 10 persen umat Islam di Myanmar.

"Masalah ini sangat bahaya karena bisa berpengaruh pada kawasan," ujarnya.

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Dina Wisnu, Dewan HAM ASEAN. Menurutnya, ketika terjadi suatu pelanggaran HAM, maka perlu diingatkan pemerintahnya. Sebab pembantaian atau genosida tidak bisa didiamkan begitu saja.

Terkait pembantaian pada etnis minoritas Rohingya Agustus 2017, Indonesia telah bersikap konsisten, yakni ingin masalah ini selesai. Namun saat dunia memojokkan Myanmar, Indonesia juga perlu mendampingi negara yang dulu bernama Burma itu. Myanmar adalah bagian dari ASEAN dan tetangga Indonesia.

ASEAN saat ini memposisikan diri sebagai katalisator bagi kelompok-kelompok yang belum bersatu. Dina mengingatkan, pertumbuhan ekonomi Myanmar cukup tinggi, yakni enam persen per tahun. Dengan begitu, apa yang terjadi di Myanmar akan sangat berpengaruh karena bisnis amat membutuhkan stabilitas dan Indonesia diharapkan bisa menentukan prioritas terkait nasib etnis Rohingya.

Berita terkait

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

13 jam lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden?

4 hari lalu

Apa Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden?

Prabowo-Gibran resmi ditetapkan menjadi presiden dan wakil presiden terpilih oleh KPU. Berikut pemberitaan media asing soal penetapan itu.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

4 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

5 hari lalu

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

Retno Marsudi di antaranya menghadiri ASEAN Future Forum di Vietnam sebagai platform tukar pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN

Baca Selengkapnya

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

5 hari lalu

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

PT Pupuk Indonesia memperluas jaringan ke tingkat ASEAN.

Baca Selengkapnya

AS Jatuhkan Sanksi kepada Batalion Netzah Yehuda, Apa Tuduhannya?

6 hari lalu

AS Jatuhkan Sanksi kepada Batalion Netzah Yehuda, Apa Tuduhannya?

Amerika Serikat akan menjatuhkan sanksi terhadap batalion Netzah Yehuda Israel atas perlakuan mereka terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Partai Buruh Israel Desak Pembubaran Batalion IDF dengan Sejarah Pelanggaran HAM

7 hari lalu

Pemimpin Partai Buruh Israel Desak Pembubaran Batalion IDF dengan Sejarah Pelanggaran HAM

Pemimpin Partai Buruh Israel mengatakan batalion Netzah Yehuda dalam Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membunuh warga Palestina "tanpa alasan yang jelas".

Baca Selengkapnya

AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

7 hari lalu

AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

PM Israel Benjamin Netanyahu akan melawan sanksi apa pun yang menargetkan unit militer Israel atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

8 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

8 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya