Sanksi Soal Jamal Khashoggi, Arab Saudi Sebut Harga Minyak Naik
Senin, 15 Oktober 2018 14:52 WIB
TEMPO.CO, Riyadh – Harga minyak dunia bisa melonjak menjadi yang tertinggi sepanjang masa jika Amerika Serikat mengenakan sanksi ekonomi terhadap Arab Saudi terkait raibnya jurnalis Jamal Khashoggi.
Baca:
Jurnalis Jamal Khashoggi Raib, Bursa Saham Arab Saudi Anjlok
Jam Tangan Apple Jamal Khashoggi Rekam Dugaan Pembunuhan
Pernyataan ini dilontarkan Manajer Umum Televisi Al Arabiya, yang merupakan televisi di Arab Saudi, Turki Aldakhil, dalam artikel opini di situs https://english.alarabiya.net. Tulisan itu berudul "US sanctions on Riyadh would mean Washington is stabbing itself"
Pernyataan Aldakhil ini muncul setelah hubungan Saudi dan Barat seperti Amerika Serikat menegang pasca raibnya jurnalis Jamal Khashoggi, yang merupakan kolumnis di media Washington Post.
Khashoggi merupakan pengritik keras pemerintah Saudi dan memiliki izin sebagai penduduk AS (US resident).Dia hilang pada 2 Oktober 2018 saat mengurus sejumlah dokumen di kantor Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Baca:
Jamal Khashoggi Raib, Raja Salman Telpon Presiden Erdogan
Jamal Khashoggi Hilang, Media Asing Batal ke Acara Arab Saudi
“Jika AS mengenakan sanksi kepada Arab Saudi, kita akan menghadapi bencana ekonomi besar yang akan mengguncang seluruh dunia,” kata Aldakhil pada Ahad, 14 Oktober 2018 seperti dikutip CNBC pada Senin, 15 Oktober 2018.
Aldakhil juga menyebut kemungkinan minyak Saudi bakal dinilai menggunakan mata uang lain misalnya yuan dan bukannya dolar. “Dan minyak merupakan komoditas paling penting yang diperdagangkan menggunakan mata uang dolar saat ini,” kata dia.
Aldakhil juga menyebut sanksi AS, yang disebut terdiri dari 30 potensi jenis sanksi, bakal membuat Saudi menjadi lebih dekat ke Iran dibandingkan Washington.
Otoritas Turki menduga,s seperti dilansir Reuters, Khashoggi telah dibunuh di dalam kantor konsulat oleh sebuah tim pembunuh yang terdiri dari 15 orang. Jasadnya lalu dilenyapkan. Sedangkan pemerintah Saudi mengatakan Khashoggi telah keluar dari kantor konsulat seusai mengurus keperluannya.
Baca:
Kasus Jamal Khashoggi, Kontrak Senjata AS ke Arab Saudi Terancam
Menurut Aldakhil, sanksi ekonomi AS akan,”Membuat pemerintah Saudi gagal melaksanakan komitmen memproduksi 7.5 juta barel minyak mentah. Jika harga minyak mentah mencapai US$80 (sekitar Rp1.2 juta) per barel membuat marah Presiden Trump, tidak seorangpun bisa mengabaikan kemungkinan harga minyak meloncat ke US$100 (sekitar Rp1.5 juta) atau US$200 (sekitar Rp3 juta) atau bahkan dua kalinya.”
Saat ini, seperti dilansir CNBC, harga minyak mentah Brent diperdagangkan pada kisaran US$81.43 (sekitar Rp1.24 juta) per barel pada Senin pagi atau naik 1.2 persen. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate berada pada kisaran US$72.12 (sekitar Rp1 juta) per barel, atau naik lebih dari 1 persen.
Baca:
Jurnalis Hilang Misterius, Ini 5 Fakta Sosok Jamal Khashoggi?
Para analis memperhatikan pergerakan harga minyak Brent, yang sempat turun ke level US$80 per barel, yang mencerminkan kenaikan sekitar 25 persen. AS mengandalkan pemerintah Saudi untuk mengendalikan harga minyak menyusul berkurangnya suplai minyak dari Iran terkait sanksi. Namun, setiap konflik di kawasan Timur Tengah bisa memicu eskalasi harga minyak mentah dunia. Isu raibnya jurnalis Jamal Khashoggi menjadi perhatian para pelaku pasar global saat ini.