Sambut Era Digital, PAUD Jepang Pakai Tablet untuk Belajar
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Selasa, 25 September 2018 19:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekolah PAUD di Jepang, Coby Preschool, yang terletak di sebuah kota kecil di timur laut Tokyo, adalah salah satu di antara hampir 400 taman kanak-kanak dan sekolah PAUD di Jepang yang menggunakan aplikasi perangkat lunak ponsel pintar yang dirancang khusus untuk anak-anak pra-sekolah yang disebut "KitS".
Coby Preschool hanya bagian dari sekitar 1 persen seluruh taman kanak-kanak yang ada di Jepang yang menggunakan perangkat pintar dalam kegiatan mereka. Tetapi ini adalah awal dan sekolah PAUD Coby membantu mempelopori inisiatif nasional dalam menghadapi era digital.
Baca: Universitas Negeri di Jepang Akan Terima Mahasiswi Transgender
Pemerintah baru-baru ini membuat kebijakan pendidikan teknologi pendidikan bahkan ingin menyediakan satu perangkat digital, komputer atau tablet, untuk setiap tiga anak.
Program KitS, yang dikembangkan oleh startup SmartEducation yang berbasis di Tokyo, anak-anak mewarnai burung dan bunga yang tampak hidup yang menghasilkan grafis komputer tiga dimensi. Anak-anak juga menggambar berbagai makhluk, yang bisa berenang atau mengapung di lanskap virtual komputer.
Anak-anak yang biasanya pemalu langsung ceria, bertukar pikiran dengan gembira tentang apa yang mungkin digambar dengan segitiga, bisa sandwich, bola nasi, lumba-lumba, atap, gunung.
Baca: Universitas Kedokteran Tokyo Akui Manipulasi Pelamar Perempuan
"Tidak ada jawaban yang benar atau salah," kata Akihito Minabe, kepala sekolah PAUD Coby Preschool yang memimpin sesi belajar, seperti dilansir dari Associated Press, 25 September 2018.
Inti dari sistem belajar ini untuk memelihara kreativitas, fokus, dan keterampilan kepemimpinan.
Di Amerika Serikat, 98 persen anak-anak usia 8 tahun ke bawah memiliki perangkat seluler di rumah mereka, sementara 43 persen memiliki tablet mereka sendiri, menurut The Genius of Play, program AS yang meneliti pendidikan dan bermain.
Hal itu mirip dengan Jepang, di mana setiap orang dewasa memiliki rata-rata lebih dari satu ponsel cerdas dan sekitar setengah anak-anak pra-sekolah memiliki akses ke perangkat seluler, menurut data pemerintah Jepang.
Baca: 46 Hari Terapung di Laut, Ini Cerita Korban ke KJRI Jepang
Di banyak sekolah dasar dan sekolah dasar AS, Asia, dan Eropa, guru menggunakan teknologi untuk menyajikan kisah, musik, dan informasi lainnya. Pendidik juga mempelajari perkembangan sosial anak-anak melalui cara mereka belajar berbagi perangkat digital.
Ruang kelas Jepang cenderung lebih terstruktur daripada di negara Barat, dengan siswa sering bertindak serentak saat mereka berbaris, membungkuk dan bernyanyi bersama. Anak-anak cenderung pasif, dan penekanannya adalah pada kelompok daripada individu. Anak-anak, bahkan beberapa anak pra-sekolah, menghadiri sekolah ekstrakurikuler. Desainer KitS berusaha membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan.
Baca: Seragam Sekolah di Jepang Didisain Armani, tapi Diprotes
Setiap sekolah PAUD membayar SmartEducation sebesar 500 ribu yen atau Rp 66 juta di awal, belum termasuk biaya iPad, dan 30 ribu yen lebih atau sekitar Rp 3,9 juta setiap bulan untuk pemeliharaan.
Yuhei Yamauchi, seorang profesor studi informasi di Universitas Tokyo dan penasihat KitS, melihat manfaat praktisnya.
Saat anak usia 5 tahun mulai beraktivitas, sebagian besar aktivitas akan membutuhkan keterampilan komputer. Mengingat populasi Jepang yang menyusut, orang-orang dapat bekerja hingga usia 80-an, menggeser pekerjaan beberapa kali. Keterampilan digital lebih penting dari sebelumnya, katanya.
Alat-alat digital memberikan perpustakaan dan museum di tangan anak-anak. Namun hal ini bisa membuat ketagihan dan siswa harus diajarkan aman dan bertanggung jawab, ungkap Ron Shumsky, seorang psikolog anak di Jepang.
Baca: Akita, Prefektur dengan Tingkat Kelahiran Terendah di Jepang
Para ahli memperingatkan bahwa menatap terlalu lama di layar gawai dapat merusak penglihatan dan menghalangi pemikiran kreatif. Ini masalah yang rumit, karena anak-anak dapat melihat orang tua mereka tenggelam dalam perangkat itu sendiri. Oleh karena itu KitS membatasi setiap sesi digital menggunakan iPad hingga 15 menit dan kelas PAUD Jepang diadakan hanya 30 kali selama setahun.