Jack Ma Sayangkan Perang Dagang Amerika, Minta Cina Fokus Ekspor

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 20 September 2018 15:31 WIB

Jokowi dan Jack Ma (Instagram @jokowi)

TEMPO.CO, Beijing – Komisaris Alibab Group, Jack Ma, mengatakan rencana untuk menciptakan satu juta lapangan kerja di Amerika Serikat batal terwujud karena terjadinya perang dagang antara AS dan Cina.

Baca:

Jack Ma Jelaskan Kepastian Proyek Jack Ma Institute di Indonesia

Advertising
Advertising

Padahal, konglomerat berusia 54 tahun ini sudah menggelar konferensi besar di Detroit pada 2017 untuk mendorong para pengusaha kecil dan petani AS menjual produk mereka lewat platform Alibaba.

Jack Ma, yang bekas guru bahasa Inggris, merupakan seorang pendukung perdagangan global dan menolak perang dagang AS dan Cina, yang dinilai menggangu pertumbuhan ekonomi dunia.

Jack Ma mengatakan ini dalam wawancara dengan kantor berita Cina, Xinhua, dan dilansir Reuters pada Rabu, 19 September 2018.

Baca:

Resmi Diganti, Jack Ma Tulis Surat yang Mengharukan

“Komitmen ini dibuat berdasarkan hubungan kerja sama Cina dan AS dan prinsip perdagangan bilateral yang rasional dan obyektif,” kata Jack Ma kepada Xinhua seperti dikutip Reuters.

Jack Ma melanjutkan,”Situasi saat ini telah menghancurkan kondisi yang dibutuhkan. Sehingga janji itu tidak bisa diwujudkan.”

Dalam Forum Ekonomi Dunia di Tianjin, Cina, Jack Ma mengatakan situasi ekonomi dunia sedang tidak bagus. Dan ini bisa berlangsung lama hingga 20 tahun. Menurut dia, Cina harus fokus pada ekspor dengan memanfaatkan Jalur Sutra moderen, yang terbentang dari Afrika, Asia Tenggara dan Eropa.

Baca:

Trump Naikkan Tarif Impor Rp 3.000 Triliun, Cina Janji Balas

Jack Ma menyampaikan janji lapangan kerja satu juta tadi itu secara terbuka pada 2016 seusai bertemu Presiden terpilih Donald Trump di Gedung Trump Tower.

Saat itu, Jack Ma berjanji akan memfasilitasi setidaknya satu juta pengusaha kecil AS lewat platform bisnis online Alibaba sehingga produknya bisa dibeli konsumen Cina.

Saat itu, Jack Ma, yang merupakan salah satu orang terkaya di Cina, mengatakan pengusaha kecil AS bisa memanfaatkan bisnis online Tmall dan Taobao, yang dinaungi Alibaba.

Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dan Turki. Gmfus.org

Dia mengatakan setiap bisnis AS bakal butuh merekrut setidaknya satu tenaga kerja tambahan agar bisa memenuhi penjualan ekstra karena tingginya permintaan dari Cina.

Baca:

Jack Ma: Saya Selamanya akan Jadi Milik Alibaba

Seperti dilansir CNN, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana kenaikan tarif 10 persen untuk impor dari Cina senilai US$200 miliar atau sekitar Rp3000 triliun.

Sebelumnya, Trump telah mengenakan kenaikan tarif untuk US$50 miliar atau sekitar Rp740 triliun sejak Juli 2018. Trump juga mengancam ada kenaikan tarif untuk US$267 miliar atau sekitar Rp4000 triliun jika Cina masih melawan dengan membalas kenaikan tarif ini.

Menanggapi ini, pemerintah Cina tetap melakukan retaliasi dengan menaikkan tarif untuk impor senilai US$60 miliar atau sekitar Rp890 triliun. Pemerintah Cina menyayangkan sikap AS dan mengatakan tidak akan mundur menghadapi perang dagang yang digelar Trump ini.

Jack Ma juga menanggapi perang dagang AS dan Cina ini pada ajang forum investor di Shanghai pada Selasa lalu. “AS menyukai kompetisi, Cina menyukai harmoni. Keduanya memiliki budaya berbeda,” kata dia.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

6 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

11 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

12 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

13 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

17 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

19 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

1 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya