Menjelang Pemilu, Thailand Longgarkan Aturan Aktivitas Politik

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 15 September 2018 11:51 WIB

Demonstran anti-pemerintah membawa bendera nasional dan melewati barisan polisi anti huru-hara dan tentara menjaga National Broadcasting Thailand (NBT) saat unjuk rasa di Bangkok, Thailand (9/5). (AP/Apichart Weerawong)

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Thailand telah melonggarkan sejumlah batasan aktivitas pada partai-partai politik di Negeri Gajah Putih. Keputusan ini pertama kali diterbitkan setelah kudeta militer pada 2014 dan menjadi sinyalemen pemilu akan segera digelar.

Setelah pemerintahan Mantan Perdana Menteri, Yingluck Shinawatra, digulingkan pada 2014, Thailand saat ini dipimpin oleh pemerintahan militer atau disebut Junta. Pemerintah Thailand sudah berjanji akan segera menggelar pemilu, tetapi berulang kali pula menundanya.

Baca: Pemilu Thailand Diproyeksi Bakal Ditunda Lagi

Demonstran anti-kudeta memakai topeng kertas dengan tulisan kebebasan dan pemilu sambil mengangkat tiga jari saat protes di pusat perbelanjaan di Bangkok, Thailand (1/6). Sekitar 30 orang lakukan protes di dalam mal di daerah Asoke. REUTERS/Damir Sagolj

Situs RT.com pada Jumat, 14 September 2018 mewartakan pada pekan ini Kerajaan Thailand telah memberikan pengesahan aturan hukum mengenai pemilu anggota parlemen dan pemilihan anggota senat. Ini semua telah menjadi sinyalemen jelas jika jadwal pemilu untuk mengembalikan Thailand pada pemerintahan yang demokratis akan segera diwujudkan.

Advertising
Advertising

Baca: Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Bebas dari Dakwaan

Dikutip dari news.thaivisa.com pada Sabtu, 15 September 2018, Wakil Perdana Menteri Thailand untuk bidang kementerian, Prawit Wongsuwan, menekankan tanggal pelaksanaan pemilu Thailand tidak berubah. Sedangkan Wakil Perdana Menteri Thailand untuk bidang hukum, Wissanu Krea-ngam, mengatakan pemilu Thailand akan dilakukan pada 24 Februari 2018.

Sebelumnya, Dewan Nasional untuk Perdamaian dan Pemerintahan atau NCPO sebelumnya mengatakan pemilu kemungkinan bisa dilakukan pada 24 Februari 2019 atau 5 Mei 2019. Namun pemilihan tanggal tersebut dilarang oleh konstitusi, yang mengatur pemilu seharusnya dilangsungkan dalam tempo 150 hari setelah semua undang-undang pemilihan umum diberlakukan.

Akademisi dan politisi di Thailand menyuarakan kekhawatiran karena penundaan pemilu yang berlarut-larut sama dengan memberikan kepada pemerintahan Junta kekuasaan untuk melakukan apapun, termasuk meniadakan pemilu dan hasilnya. Sirawith Serithiwat, aktivis pro-demokrasi dan Ketua Kelompok ‘Kami Menginginkan Pemilu’ mengatakan apapun bisa terjadi selama pemerintahan Junta masih memegang kekuasaan.

Berita terkait

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

9 jam lalu

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

Cuaca yang terik membuat warga Thailand, terutama warga lanjut usia, enggan bepergian.

Baca Selengkapnya

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

10 jam lalu

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

Ahli politik dan pemerintahan dari UGM, Abdul Gaffar Karim mengungkapkan sidang sengketa pilpres di MK membantu meredam suhu pemilu.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

13 jam lalu

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

Sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Thailand, mengalami panas ekstrem beberapa pekan ini. Suhu 40 derajat Celcius terasa 52 derajat Celcius.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

2 hari lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

3 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

5 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

5 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya