Kasus Jurnalis Reuters - Rohingya, Investasi Asing Myanmar Turun

Kamis, 6 September 2018 16:00 WIB

Ekspresi wartawan Reuters, Kyaw Soe Oo (kiri) dan Wa Lone, saat keluar dari ruang sidang setelah menjalani sidang vonis di Yangon, Myanmar, Senin, 3 September 2018. Keduanya divonis 7 tahun penjara karena dinilai melanggar Undang-Undang Rahasia Myanmar terkait dengan pemberitaan etnis Rohingya. AP Photo/Thein Zaw

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat yang mengurus investasi asing Myanmar mengatakan krisis Rohingya dan pemenjaraan dua jurnalis Reuters berdampak buruk bagi perekonomian Myanmar dan reputasinya.

Pernyataan ini disampaikan selama forum investor di Singapura saat ditanya mengenai dampak krisis terhadap ekonomi dan investasi asing di Myanmar. Direktur jenderal Direktorat Investasi dan Administrasi Perusahaan (DICA), Aung Naing Oo, yang mempromosikan pengembangan sektor swasta dan investasi asing, mengatakan sebelumnya pemerintah Myanmar mampu mengendalikan pecahnya ketegangan akibat ketegangan komunal, tetapi krisis di Negara Bagian Rakhine berbeda.

Baca: Tiga Pelanggaran HAM Myanmar Dikecam oleh Komunitas Internasional

"Saya benar-benar meremehkan," kata Aung Naing Oo, seperti dilaporkan Reuters, 6 September 2018, mengacu pada dampak pecahnya kekerasan pada 2016, yang semakin membesar pada 2017.

"Tapi setelah dua tahun, sekarang Anda dapat melihat bahwa investasi asing (FDI) di Myanmar sedang menurun, itu menurun," katanya meskipun menambahkan bahwa dia yakin pemerintah dapat menstabilkan situasi.

Advertising
Advertising

Aung Naing Oo, Direktur Jenderal Direktorat Investasi dan Administrasi Perusahaan (DICA) menunjukkan penghargaan yang diberikan oleh mantan presiden atas jasa-jasanya, di kantornya di Yangon, Myanmar 10 Juni 2016. REUTERS / Soe Zeya Tun

Investasi asing yang masuk ke Myanmar telah jatuh pada 2016 dan 2017, menurut data yang dikeluarkan oleh DICA, yang beroperasi di bawah Kementerian Perencanaan Nasional dan Pembangunan Ekonomi Myanmar, dan tahun lalu adalah yang terendah sejak 2013.

Juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, dihubungi melalui telepon, menjawab bahwa dia tidak dapat menanggapi pertanyaan.

Suasana aksi damai pengungsi Rohingya untuk memperingati satu tahun mereka mengungsi dari Myanmar, di kamp pengungsian Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh, Sabtu, 25 Agustus 2018. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

Lebih dari 700.000 Muslim Rohingya telah melarikan diri dari Negara Rakhine Myanmar ke Bangladesh sejak tindakan keras militer yang dimulai setahun lalu setelah gerilyawan Rohingya menyerang pos keamanan.

Sebuah misi pencarian fakta yang dimandatkan PBB mengatakan pekan lalu, militer Myanmar melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan etnis Rohingya dengan niat genosida dan menyerukan para jenderal tinggi untuk dituntut. Namun pemerintah Myanmar menolak temuan PBB.

Baca: Dipenjara 7 Tahun, Ini Ucapan 2 Jurnalis Reuters soal Myanmar

Pemerintah pemenang Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, dikritik karena gagal berbicara menentang penindasan militer di Rakhine, dan para investor telah menyuarakan keprihatinan bahwa sanksi yang lama tertatih-tatih selama bertahun-tahun di bawah kekuasaan militer dapat dipulihkan setelah itu.

Sepuluh orang Rohingya ditangkap pada 1 September 2017 di desa Inn Din. Keesokan harinya, tentara Myanmar dan penduduk desa menembak dan memukuli mereka sampai mati. Foto diperoleh dari seorang penduduk desa dan dikonfirmasi keasliannya oleh Reuters.[Reuters]

Selain itu, dua wartawan Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo juga berdampak pada reputasi investasi asing di Myanmar. Mereka dipenjara selama tujuh tahun pada hari Senin setelah dinyatakan bersalah melanggar hukum tentang rahasia negara.

Kedua wartawan ditangkap saat sedang menyelidiki pembantaian penduduk desa Rohingya oleh pasukan keamanan pada Desember 2017. Militer Myanmar menegaskan bahwa pembantaian yang terjadi telah diusut dan telah menghukum beberapa tentara yang terlibat.

Baca: Wartawan Reuters Divonis 7 Tahun, Pemimpin Dunia Mengecam Mynamar

Aung Naing Oo, yang telah memainkan peran utama dalam menyusun undang-undang bisnis, mengatakan bahwa kasus wartawan Reuters dan Rohingya telah menarik liputan media luas dan perlakuan mereka akan menjadi faktor yang akan dipertimbangkan oleh pengusaha Barat ketika membuat keputusan investasi asing di Myanmar.

Berita terkait

Jokowi Resmikan Jalan 5 Inpres di NTB Senilai Rp 211 Miliar: Anggaran yang Tidak Kecil

2 jam lalu

Jokowi Resmikan Jalan 5 Inpres di NTB Senilai Rp 211 Miliar: Anggaran yang Tidak Kecil

Jokowi meresmikan pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Jalan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Kamis pagi, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

15 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

17 jam lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

CEO Microsoft Ketemu Jokowi Bahas Investasi Rp 14 Triliun, Ini Profil Satya Nadella

1 hari lalu

CEO Microsoft Ketemu Jokowi Bahas Investasi Rp 14 Triliun, Ini Profil Satya Nadella

CEO sekaligus Chairman Microsoft Satya Nadella bertemu Jokowi, kemarin. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

1 hari lalu

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

Bisnis dari Holywings Group tidak hanya mencakup beach club terbesar di dunia (Atlas) dan di Asia (H Club), tapi juga klub dan bar

Baca Selengkapnya

Bos Microsoft Ungkap Rencana Investasi AI dan Cloud Senilai Rp 27,6 Triliun di Indonesia, Ini Rinciannya

1 hari lalu

Bos Microsoft Ungkap Rencana Investasi AI dan Cloud Senilai Rp 27,6 Triliun di Indonesia, Ini Rinciannya

CEO Microsoft, Satya Nadella, membeberkan rencana investasi perusahaannya di Indonesia. Tak hanya untuk pengembangan infrastruktur AI dan cloud.

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

1 hari lalu

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Bos Microsoft Bahas Investasi Besar di Bidang Kecerdasan Buatan

2 hari lalu

Jokowi dan Bos Microsoft Bahas Investasi Besar di Bidang Kecerdasan Buatan

Budi Arie yang mendampingi Jokowi saat bertemu Nadella mengatakan Microsoft akan berinvestasi secara signifikan dalam empat tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

2 hari lalu

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah memprioritaskan pengusaha dalam negeri untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya