Gagal Blokir Telegram, Rusia Kembangkan Teknologi Baru
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Jumat, 31 Agustus 2018 19:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia sedang bereksperimen dengan teknologi yang lebih tepat untuk memblokir Telegram setelah upaya untuk menghentikan layanan pesan Telegram gagal.
Telegram, yang memiliki 200 juta pengguna di seluruh dunia dan populer di negara-negara termasuk Rusia dan Iran, telah dilarang di Rusia karena menolak mematuhi perintah pengadilan untuk memberikan layanan keamanan akses ke pesan pengguna terenkripsi.
Baca: Penyebar Unjuk Rasa, Iran Perketat Instagram dan Telegram
Dilaporkan Reuters, 31 Agustus 2018, pihak berwenang Rusia mulai mencoba memblokir layanan pada April tetapi mereka secara tidak sengaja memblokir akses pengguna Rusia ke banyak layanan online yang tidak terkait, termasuk panggilan suara pada layanan pesan Viber, aplikasi berbasis cloud untuk mobil Volvo, dan aplikasi yang mengontrol kamera video Xiaomi.
Wired.com melaporkan alasan kenapa Rusia gagal memblokir Telegram. Ini disebabkan pada teknis infrastruktur internet. Sejak Januari 2012, Roskomnadzor telah mengadakan "Daftar Tunggal" atau situs web yang dilarang di negara tersebut. Apa yang termasuk dalam daftar ini tidak tergantung pada Vladimir Putin atau politisi. tetapi justru di bawah yurisdiksi sistem hukum negara.
Seperti halnya Telegram, pengadilan dapat membuat putusan bahwa situs web atau layanan internet adalah ilegal dan tidak boleh diakses.
"Ini adalah penyaringan yang sangat berat dan merembes tapi itu dilakukan dalam kerangka hukum terbuka dan jumlah transparansi yang relatif," tutur Joss Wright, seorang peneliti senior dengan fokus pada sensor internet di Oxford Internet Institute. Pengadilan Rusia memutuskan bahwa Telegram harus diblokir pada 13 April karena menolak memberikan kunci enkripsi kepada pejabat di negara tersebut.
Baca: Setelah Rusia, Iran Juga Blokir Telegram
Karena kegagalan ini, upaya untuk memblokir Telegram ditangguhkan, dan layanan ini masih dapat diakses oleh pengguna Rusia.
Sejak 6 Agustus, pengawas komunikasi negara Rusia, Roskomnadzor dan badan keamanan negara FSB telah menguji sistem yang dirancang untuk memungkinkan pemblokiran layanan individual yang lebih tepat, menurut hasil pertemuan antara para pejabat untuk membahas rencana tersebut.
Anton Pinchuk, salah satu pemilik perusahaan teknologi Rusia, Protei, yang menurut notulen diundang untuk mengambil bagian dalam pengujian, mengatakan pengujian sedang berlangsung. Namun dia mengatakan perusahaannya telah menolak untuk mengambil bagian dalam program ini.
Upaya sebelumnya untuk memblokir Telegram melibatkan penargetan alamat-alamat Internet Protocol yang dioperasikan oleh Amazon, Google dan lainnya yang menghosting lalu lintas Telegram. Masalahnya adalah bahwa alamat IP ini sering juga menghosting lalu lintas untuk beberapa layanan lain yang juga terpengaruh.
Sistem yang sedang diuji sekarang menggunakan teknologi yang disebut Deep Packet Inspection. Teknologi ini beroperasi dengan cara yang lebih spesifik, menganalisis lalu lintas Internet, mengidentifikasi aliran data dari layanan tertentu dan memblokirnya.
Baca: Rusia Minta Dihapus, Apple Pilih Loloskan Pembaruan Telegram
Namun, para eksekutif di dua perusahaan yang diundang untuk mengambil bagian mengatakan tes awal tidak berhasil, karena layanan selain yang ditargetkan masih diblokir secara tidak sengaja.
"Sejauh ini belum ada yang berhasil lulus uji coba," kata salah seorang eksekutif. Mereka mengatakan pengujian dijadwalkan akan berakhir pada 20 Agustus, tetapi mundur dari jadwal.
Salinan dokumen menyebut sembilan perusahaan teknologi Rusia diundang untuk menyerahkan teknologi Deep Packet Inspection mereka untuk pengujian.
Sebuah sumber yang dekat dengan Roskomnadzor dan salah satu eksekutif di sebuah perusahaan yang diundang untuk ambil bagian mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk memilih teknologi yang paling efektif untuk memblokir Telegram, memperbaikinya jika perlu, dan kemudian menginstalnya di jaringan semua operator telekomunikasi Rusia.