Trump -- Erdogan Tegang, Pengadilan Turki Tolak Banding Pastor AS

Editor

Budi Riza

Kamis, 16 Agustus 2018 11:44 WIB

Andrew Craig Brunson, seorang pendeta evangelis asal Black Mountain, North Carolina, Amerika Serikat tiba di rumahnya di Izmir, Turki, 25 Juli 2018.[AP Photo / Emre Tazegul]

TEMPO.CO, Ankara -- Pengadilan Turki menolak permohonan banding dari pastor Andrew Brunson asal Amerika Serikat, yang terkena penahanan dengan tuduhan melakukan kegiatan mata-mata dan membantu organisasi teroris.

Baca:

Balas Trump, Erdogan Gandakan Tarif Impor Mobil Asal Amerika
Krisis Turki, Erdogan: Turki Akan Boikot Produk Elektronik AS

Advertising
Advertising

Otoritas Turki menahan Brunson pada Oktober 2016 pasca upaya kudeta kelompok militer yang gagal dan berujung penangkapan ratusan orang yang diduga terlibat.

Sebelumnya, pengacara dari Brunson mengajukan banding agar pengadilan membebaskan Brunson dari tahanan rumah dan larangan melakukan perjalanan.

“Pengadilan Turki yang lebih tinggi sedang mempertimbangkan permohonan banding ini,” kata Ismail Cem Halavurt kepada CBS News pada Rabu, 15 Agustus 2018. Ismail mengaku akan menunggu putusan pengadilan yang lebih tinggi soal permohonan banding yang baru saja ditolak ini.

Brunson pernah mengajukan permohonan banding sebelumnya pada Juli 2018 dan ditolak pengadilan. Saat ini, dia sedang menjalani tahanan rumah setelah sempat ditahan di penjara selama sekitar 20 bulan.

Pemerintah AS mendesak pemerintah Turki untuk membebaskan Brunson, yang dinilai tidak bersalah. Sebaliknya, Turki mengatakan penahanan Brunson terkait proses hukum yang independen sehingga tidak bisa dicampuri pemerintah.

Presiden AS, Donald Trump, secara terbuka meminta pembebasan Brunson lewat cuitan di Twitter. Trump lalu mengumumkan sanksi kenaikan tarif impor untuk produk baja dan aluminium dari Turki hingga dua kali lipat yaitu 50 persen dan 20 persen pada pekan lalu. AS juga mengenakan sanksi kepada dua orang menteri Turki terkait penahanan Brunson.

Ini membuat hubungan kedua negara anggota NATO menjadi semakin tegang. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan negaranya akan mengurangi penggunaan dolar dan mulai bertranskasi perdagangan bilateral dengan menggunakan mata uang nasional.

Sejumlah balon bergambarkan patung Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Inggris Theresa May, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Turki Tayyip Erdogan diarak selama parade Karnaval yang ke-134 di Nice, Perancis, 20 Februari 2018. REUTERS

Seruan ini mendapat sambutan dari Rusia, yang juga sedang terkena sejumlah sanksi dari AS, yang membuat nilai tukar mata uang rubel melemah.

Erdogan juga mengatakan Turki memboikot produk elektronik asal AS dan menaikkan tarif impor hingga dua kali lipat untuk produk seperti mobil yaitu 120 persen, alkohol 140 persen dan tembakau 60 persen.

“Tarif impor ini dinaikkan sebagai respon serangan pemerintah AS terhadap ekonomi kami,” kata Wakil Presiden Fuat Oktay seperti dilansir Reuters, Rabu, 15 Agustus 2018.

Baca:

Lawan Spekulan Lira, Bank Sentral Turki Cukur Transaksi Valas

Terkait Lira, Qatar Janji Investasi Rp 221 Triliun kepada Erdogan

Nilai Tukar Lira Melemah, Erdogan Menantang Operasi Dolar Amerika

Keputusan Turki untuk melakukan retaliasi terhadap AS disayangkan juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders. Menurut Sanders, kenaikan tarif impor baja dan aluminium tidak akan dicabut meskipun Turki, misalnya, membebaskan Brunson.

“Tarif yang dikenakan kepada komoditas baja tidak akan dicabut dengan pembebasan pastor Brunson. Tarif itu merupakan spesifik terkait keamanan nasional,” kata dia.

Sanders menambahkan,”(Sedangkan) Sanksi yang dikenakan kepada Turki terkait spesifik soal pastor Brunson dan lainnya yang kami rasa ditahan secara tidak adil.”

Berita terkait

Altaf Pembunuh Mahasiswa UI Divonis Penjara Seumur Hidup, Jaksa Ajukan Banding

5 jam lalu

Altaf Pembunuh Mahasiswa UI Divonis Penjara Seumur Hidup, Jaksa Ajukan Banding

JPU akan banding setelah majelis hakim menjatuhkan vonis seumur hidup terhadap Altaf terdakwa pembunuhan mahasiswa UI Muhammad Naufal Zidan.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

1 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

2 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

2 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

3 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

5 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

7 hari lalu

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

Turki mengatakan bahwa laporan HAM tahunan Washington gagal mencerminkan serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

8 hari lalu

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

9 hari lalu

Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

Qatar menyatakan tetap berkomitmen dalam upaya memediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya