Trump Akhirnya Akui Putranya Bertemu Rusia Bahas Pilpres 2016

Senin, 6 Agustus 2018 07:57 WIB

Ekspresi tatapan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat menggelar pertemuan dalam KTT Amerika Serikat-Rusia di Helsinki, Finlandia, Senin, 16 Juli 2018. Mereka membahas 5 topik di antaranya, tuduhan campur tangan pemilu AS oleh Rusia, krisis Suriah, perjanjian kontrol senjata nuklir, aneksasi Crimea dari Ukraina oleh Rusia dan sanksi Washington terhadap Moskow. Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akhirnya mengakui bahwa putranya, Donald Trump Jr., bertemu dengan pihak Rusia pada 2016 di Trump Tower untuk mendapatkan informasi tentang Hillary Clinton. Namun Donald Trump mengatakan hal itu legal dan dilakukan sepanjang sejarah kampanye politik.

Sebelumnya Trump mengatakan pertemuan itu membahas tentang adopsi anak-anak Rusia oleh warga Amerika Serikat.

Baca: Pelatih Timnas Rusia Ejek Isu Bola Trump Disadap, Ini Katanya...

Dilaporkan dari Reuters, 6 Agustus 2018, Donald Trump berkicau di Twitter soal tujuan dari pertemuan, meskipun putranya mengatakan pertemuan untuk mengumpulkan informasi untuk menjatuhkan kandidat Demokrat, Hillary Clinton.

Donald Trump Jr., anak sulung Presiden Amerika Serikat Donald Trump, rilis email yang ungkap pertemuan dengan pengacara Rusia soal Hillary Clinton

Advertising
Advertising

Di Twitter, Trump juga membantah laporan di Washington Post dan CNN bahwa ia khawatir putra tertuanya, Donald Trump Jr, bisa berada dalam masalah hukum karena pertemuan dengan Rusia, termasuk pengacara yang memiliki hubungan dengan Kremlin.

Donald Trump menegaskan dia tidak mengetahui apa yang dibahas dalam pertemuan itu sebelumnya.

"Laporan Berita Palsu, sebuah fabrikasi lengkap, bahwa saya khawatir tentang pertemuan putra saya, Donald, di Trump Tower. Ini adalah pertemuan untuk mendapatkan informasi tentang lawan politik, benar-benar legal dan dilakukan sepanjang waktu dalam politik, dan itu dilakukan di mana-mana. Saya tidak tahu tentang itu!" Kata Trump di status Twitternya.

CNN melaporkan pada Rabu 1 Juli, Presiden Donald Trump gusar dengan Jaksa Agung Jeff Sessions, penasihat khusus Robert Mueller atas penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu 2016. Trump mendesak agar penyelidikan soal intervensi Rusia dalam pilpres dihentikan.

"Ini adalah situasi yang mengerikan dan Jaksa Agung Jeff Sessions harus menghentikan "Perburuan Penyihir" ini sekarang, sebelum menodai negara kita lebih jauh," tegas Trump di Twitter.

"Bob Mueller benar-benar bermasalah dan 17 Demokrat yang melakukan pekerjaan kotornya adalah aib bagi Amerika Serikat!"

"Jeff Sessions harus menghentikan Perburuan Penyihir ini sekarang."

Kampanye politik untuk meneliti kelemahan lawan diperbolehkan, tetapi tidak dengan campur tangan asing dari negara yang dipandang sebagai musuh.

Baca: Amerika Serikat Tolak Akui Aneksasi Rusia atas Crimea

Penasihat Khusus Robert Mueller sedang memeriksa apakah anggota kampanye Trump berkoordinasi dengan Rusia untuk mempengaruhi pemilihan Gedung Putih. Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin membantah pemerintahnya ikut campur.

Salah satu bagian dari penyelidikan telah berfokus pada 9 Juni 2016, saat pertemuan di Trump Tower di New York antara Donald Jr., tim sukses kampanye Trump dan kekelompok orang Rusia.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Robert Mueller. REUTERS/Carlos Barria, Foto/nymag.com

Donald Jr. mengatakan bahwa pertemuan itu terutama ditujukan untuk melobi terhadap undang-undang sanksi Magnitsky 2012, yang menyebabkan Moskow menyangkal hak Amerika Serikat untuk mengadopsi anak yatim piatu Rusia.

Presiden Trump telah berulang kali membantah bahwa kampanyenya bekerjasama dengan Rusia dan mengatakan "Tidak ada Kolusi!" Pekan lalu, bagaimanapun Trump mengadopsi taktik para pengacaranya dan bersikeras "kolusi bukan kejahatan".

Baca: Trump Khawatir Investigasi Rusia akan Mengenai Anaknya?

Meskipun kolusi bukan merupakan tuntutan hukum secara teknis, Mueller dapat mengajukan tuduhan konspirasi jika dia menemukan bahwa anggota kampanye mana pun yang bekerjasama dengan Rusia untuk melanggar undang-undang AS. Bekerjasama dengan warga negara asing dengan maksud mempengaruhi pilpres Amerika Serikat dapat melanggar beberapa undang-undang, menurut para ahli hukum.

Berita terkait

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

2 jam lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

6 jam lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

7 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bersyukur Capres Penolak IKN Kalah Pilpres, Sindir Anies Baswedan?

10 jam lalu

Bahlil Bersyukur Capres Penolak IKN Kalah Pilpres, Sindir Anies Baswedan?

Bahlil menyebut calon presiden yang menolak IKN sama dengan tidak setuju upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia timur. Sindir Anies Baswedan?

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

10 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

10 jam lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

12 jam lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

13 jam lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

14 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

15 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya