Perang Dagang, Cina Ancam Balas Kenaikan Tarif Impor Amerika

Editor

Budi Riza

Sabtu, 4 Agustus 2018 13:32 WIB

Presiden AS Donald Trump dan istrinya Melania mengunjungi Forbidden City didampingi Presiden Cina, Xi Jinping serta istrinya Peng Liyuan di Beijing, Cina, 8 November, 2017. REUTERS/Jonathan Ernst

TEMPO.CO, Beijing – Pemerintah Cina berencana melakukan balasan dengan menaikkan tarif atas impor barang dari Amerika Serikat senilai sekitar US$60 miliar atau sekitar Rp869 triliun. Produk impor ini berjumlah sekitar 5200 jenis yang berkisar dari komoditas gas alam cair hingga komponen dan produk pesawat terbang.

Baca:

“Pemerintah AS telah berulang kali melakukan eskalasi situasi yang melawan kepentingan perusahaan dan konsumen kedua negara,” begitu pernyataan dari kementerian Perdagangan Cina seperti dilansir Reuters pada Jumat, 3 Agustus 2018. “Cina harus melakukan tindakan balasan untuk mempertahankan harga diri dan kepentingan rakyatnya, perdagangan bebas, dan sistem multilateral.”

Pernyataan dari pemerintah Cina ini menanggapi rencana pemerintah AS untuk mengenakan kenaikan tarif lanjutan untuk impor senilai US$200 miliar atau sekitar Rp2,900 triliun dari negeri Tirai Bambu itu. Pemerintahan Trump menyatakan soal ini pada pekan ini dengan kisaran kenaikan tarif impor sekitar 25 persen.

Advertising
Advertising

Soal besaran tarif ini, pemerintah Cina mengatakan akan mengenakan besaran tarif berbeda untuk jenis produk berbeda berkisar antara 5 persen hingga 25 persen. Pada 2017, Cina mengimpor sekitar US$130 miliar atau sekitar Rp1,900 triliun dari AS.

Sebelum ini, AS dan Cina telah mengenakan kenaikan tarif impor sebesar 25 persen untuk impor barang dari masing-masing negara sebesar US$34 miliar atau sekitar Rp492 triliun.

Kontainer terlihat di Pelabuhan Yangshan di Shanghai, Cina, 24 April 2018.[REUTERS/Aly Song]

Soal ini, penasehat ekonomi Presiden Donald Trump, Lrry Kudlow, mengatakan pemerintah Cina agar tidak mengetes kegigihan Trump soal ini. “Sebaiknya, mereka tidak meremehkan Presiden. Dia akan bersikap teguh soal ini,” kata Kudlow dalam wawancara dengan media Fox Business Network.

Seperti dilansir CNN sebelumnya, Trump mengenakan kenaikan tarif impor atas barang impor dari Cina sejak awal Juli 2018 untuk mengurangi defisit perdagangan kedua negara, yang dikabarkan mencapai sekitar US$375 miliar atau sekitar Rp5,500 triliun.

Baca:

Trump juga mengenakan kenaikan tarif ini untuk memprotes pencurian kekayaan intelektual berbagai teknologi milik perusahaan AS oleh pengusaha Cina atas restu pemerintah Beijing.

AS juga menginginkan pemerintah Cina menghentikan praktek subsidi berupa pemberian uang pinjaman bisnis dengan bunga rendah sehingga perusahaan kedua negara bisa saling berkompetisi dengan adil.

Sebaliknya, pemerintah Cina menuding pemerintah AS menggunakan cara-cara mengerjai perusahaan Cina dengan mengenakan kenaikan tarif impor. Cina menilai tindakan AS ini melanggar aturan main dalam Organisasi Perdagangan Dunia. Tindakan AS juga dinilai sebagai langkah mencegah Cina untuk menjadi pesaing AS di pentas global.

“Dari pada melakukan balasan, Cina seharusnya menangani keprihatinan banyak pihak soal praktek dagangnya yang tidak adil,” kata Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih kepada Reuters.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

9 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

19 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

1 hari lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

1 hari lalu

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya