Pemilu Zimbabwe, Oposisi Klaim Menang
Reporter
Non Koresponden
Editor
Choirul Aminuddin
Selasa, 31 Juli 2018 15:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi utama Zimbabwe, Nelson Chamisa, 40 tahun, mengklaim memenangkan pemilihan umum setelah partai MDC yang dipimpinnya meraih suara mayoritas.
Klaim tersebut disampaikan oleh Chamisa melalui akun Twitter, Selasa 31 Juli 2018. "Kami siap membentuk pemerintahan baru setelah MDC mengumpulkan hasil pencoblosan dari 10 ribu tempat pemungutan suara."
Baca: Zimbabwe Gelar Pemilu Pertama Sejak Presiden Mugabe Jatuh
Pada pemilihan umum Senin 30 Juli 2018, Chamisa harus berhadapan dengan inkumben Presiden Emmerson Mnangagwa, 75 tahun, yang diperkirakan memiliki peluang besar memenangkan pesta demokrasi pertama kali digelar sejak Robert Mugabe mundur tahun lalu karena kudeta militer.
Sejumlah kelompok masyarakat sipil mengumpulkan hasil pemungutan suara bersamaan dengan apa yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Zimbabwe, ZEC. Namun mereka tidak diizinkan merilis hasil pengumpulan suara sebelum disampaikan ke publik oleh ZEC.
Salah seorang sumber di kelompok masyarakat sipil itu mengatakan, terlalu dini menyimpulkan pemenang pemilihan umum ini, tetapi hasil pengumpulan mengarah pada nama seseorang.
"Kami harus menunggu hasil yang disampaikan oleh ZEC sesuai dengan Undang-Undang. Mereka memiliki tugas secara resmi mengumumkan hasil pemilu kepada publik dan kami siap membentuk pemerintahan baru," kata Chamisa seperti dikutip situs berita Business Live.
Baca: Kampanye Zimbabwe Rusuh, Presiden Emmerson Mnangagwa Diserang Bom
Mnangagwa dipandang bakal memenangkan pemilihan umum kali ini, meskipun pada jajak pendapat terakhir kedua calon pemimpin Zimbabwe itu menunjukkan persaingan ketat. Pemilihan umum ini akan dilanjutkan pada putaran kedua, 8 September 2018, jika Mnangagwa atau Chamisa tidak dapat meraih suara lebih dari 50 persen.
Siapapun pemenang pemilu kali ini, tulis Reuters, akan menghadapi situasi sulit setelah di bawah pemerintahan Mugabe selama 37 tahun. Di masa pemerintahan Mugabe, Zimbabwe dibelit penyakit korupsi, salah urus negara dan isolasi diplomatik menimbulkan kondisi negara krisis.