Perluas Pengaruh Cina, Xi Jinping ke Afrika
Reporter
Tempo.co
Editor
Suci Sekarwati
Kamis, 19 Juli 2018 15:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Cina, Xi Jinping, akan melakukan kunjungan kenegaraan ke negara-negara Afrika pada pekan ini untuk memperluas hubungan ekonomi dan diplomatiknya dengan sekutu-sekutunya di Afrika. Kunjungan kenegaraan ini adalah perjalanan pertamanya ke luar negeri sebagai Presiden Cina untuk periode kedua.
Dikutip dari situs edition.cnn.com pada Kamis, 19 Juli 2018, Xi akan mengunjungi Senegal, Rwanda, Africa Selatan dan Mauritius mencakup hampir seluruh wilayah Sub-Sahara Afrika, dimana ekonomi Cina di sana sangat berpengaruh. Cina adalah mitra dagang Afrika terbesar. Negara Tirai Bambu itu mengambil alih benua ini dari Amerika Serikat hampir 10 tahun silam. Nilai perdagangan bilateral keduanya pada 2014 tercatat US$ 220 miliar atau sekitar Rp 3 ribu triliun.
Baca: Amerika Versus Cina di Afrika, Berebut Apa?
Baca: Cina ingin Menggeser Amerika? Ini Kata Menlu Wang Yi
Xi rutin melakukan kunjungan ke negara-negara Afrika dan umumnya dilakukan pada tahun pertama kekuasaannya. Pada 2013, Xi juga memilih Afrika sebagai bagian dari kunjungan pertamanya sebagai orang nomor satu Cina. Pada periode pertama pemerintahannya, dia malah mengunjung Afrika lebih dari dua kali.
"Amerika tampaknya melihat Afrika melalui lensa keamanannya yang benar-benar berbeda dengan sudut pandang Cina. Cina melihat mereka dari sebuah perspektif ekonomi. Amerika sedang tertinggal. Amerika sedang kehilangan pengaruhnya di benua itu karena selama ini kurang ditangani dengan serius," kata Ian Taylor, analis bidang Afrika dari Universitas St. Andrews.
Cina sangat tertarik melebarkan sayap perdagangannya ke Afrika karena benua ini dinilai menyediakan banyak bahan-bahan mentah yang bisa didapatkan Cina. Pada saat yang sama, negara-negara Afrika pun bertindak pro-Cina secara politik di PBB.
Sampai Kamis, 19 Juli 2018, belum ada jadwal yang dipublikasi Beijing terkait kunjungan Presiden Xi. Namun Xi dipastikan akan ke Afrika Selatan pada 25 Juli untuk mengikuti pertemuan BRICS bersama Presiden Rusia, Vladimir Putin.