Pecat Ribuan PNS, Turki Dikritik Kelompok HAM

Reporter

Tempo.co

Senin, 9 Juli 2018 15:00 WIB

Ribuan Warga Turki Peringati Setahun Kudeta

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok HAM mengkritik keputusan otoritas berwenang Turki yang melakukan pemecatan terhadap lebih dari 18.000 pegawai negeri sipil atau PNS negara itu. Mereka menyerukan kepada pemerintah Turki agar mengakhiri pemecatan besar-besaran para PNS yang dilakukan setelah percobaan kudeta militer.

Kelompok-kelompok HAM dalam kritiknya menyebut tindakan keras itu memiliki efek mendalam pada masyarakat Turki. Para pekerja yang kena dipecat itu karena dicurigai terkait dengan kelompok-kelompok yang bertindak melawan keamanan nasional Turki.

“Di bawah keadaan darurat, pemerintah Turki dengan sengaja mulai membongkar masyarakat sipil, mengunci pembela HAM, menutup organisasi dan menciptakan iklim ketakutan yang mencekik”, kata Gauri van Gulik, Direktur Amnesty International untuk wilayah Eropa, yang pada April 2018 menyerukan komunitas internasional agar menekan Turki karena melakukan langkah-langkah ini.

Pemerintah Turki telah memecat lebih dari 18.500 pegawai negara dalam dekrit darurat yang terbit pada Minggu, 8 Juli 2018. Dilansir dari Deutsche Welle, dari 18.500 PNS yang dirumahkan sekitar 9.000 anggota polisi dan 6.000 anggota militer. Bukan hanya diberhentikan, paspor mereka pun dibatalkan. Turki dikabarkan akan menutup sekitar 12 organisasi non pemerintah, tiga surat kabar dan satu saluran TV.

Baca: Pemilu Turki, Trump Ucapkan Selamat kepada Erdogan

Advertising
Advertising

Pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berkumpul di luar Istana Kepresidenan, saat peringatan gagalnya kudeta di Ankara, Turki, 16 Juli 2017. Turki memperingati gagalnya kudeta militer setahun lalu. AP

Sebelumnya, lebih dari 110.000 PNS diberhentikan dan puluhan ribu lainnya dibekukan dari jabatannya, di bawah keputusan serupa. Pemecatan ini dilakukan saat Turki berstatus darurat yang mulai berlaku setelah percobaan kudeta militer pada 15 Juli 2016 untuk menggulingkan pemerintahan Erdogan.

Baca: Kudeta Militer di Turki Bukan yang Pertama

Sebagian besar mereka yang diberhentikan karena dituduh oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memiliki hubungan dengan ulama bernama Fethullah Gulen, yang kini menetap di Saylorsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat. Erdogan sangat yakin, Gulen adalah dalang di balik aksi kudeta militer Juli 2016. Dalam aksi tersebut, pasukan yang disebut Erdogan ‘kelompok Gulen’ turun dengan senjata penuh.

Aksi tersebut gagal setelah warga Turki turun ke jalan dan melawan gerakan kudeta. Dalam upaya kudeta militer itu, setidaknya 290 orang tewas, termasuk 100 orang yang diduga sebagai perencana kudeta.

DW l TW l MUH.BASKHORO W.D.

Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

3 jam lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

3 jam lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

12 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

1 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

1 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

1 hari lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

9 hari lalu

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

Turki mengatakan bahwa laporan HAM tahunan Washington gagal mencerminkan serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

10 hari lalu

Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

Qatar menyatakan tetap berkomitmen dalam upaya memediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

13 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Erdogan Bertemu Ismail Haniyeh, Israel Mengecam

13 hari lalu

Erdogan Bertemu Ismail Haniyeh, Israel Mengecam

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah berusaha untuk menjadi penengah dalam konflik Gaza yang telah mengguncang Timur Tengah sejak 7 Oktober.

Baca Selengkapnya