Eksklusif -- Begini Proses Unifikasi Korea Utara dan Selatan

Editor

Budi Riza

Minggu, 29 April 2018 19:31 WIB

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, mengangkat tangan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, saat penandatangan kesepakatan di Rumah Perdamaian di desa Panmunjom di zona gencatan senjata, 27 April 2018. . (Korea Summit Press Pool via AP)

TEMPO.CO, Jakarta – Pengamat hubungan internasional, Hoppi Yoon, mengatakan proses unifikasi Korea Utara dan Korea Selatan membutuhkan waktu.

Ini karena kedua negara serumpun ini terpisahkan selama 70 tahun oleh konflik politik, ideologi hingga peperangan.

Baca: Negara Besar Sambut Deklarasi Perdamaian Korea Utara dan Selatan

Advertising
Advertising

“Jadi saya tidak bisa pastikan bahwa proses unifikasi ini bakal bisa berlangsung dalam lima tahun ke depan,” kata Hoppi kepada Tempo, Sabtu, 29 April 2018.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, berjalan bersama pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, istri Kim Ri Sol Ju dan istri Moon Kim Jung-sook saat menghadiri upacara perpisahan KTT Antar-Korea di desa genting Panmunjom di dalam zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Korea Selatan, 27 April 2018. Korea Summit Press Pool/Pool via Reuters

Hoppi, yang juga pengajar di President University, Cikarang, Jawa Barat, mengatakan ada perbedaan sistem politik dan ekonomi antara kedua negara. “Jadi sulit untuk unifikasi dengan cepat,” kata dia.

Baca: Orang Tua Otto Warmbier Menggugat Korea Utara

Hoppi menambahkan masalah unifikasi Semenanjung Korea menjadi lebih kompleks karena melibatkan tidak hanya faktor antar-Korea tapi juga faktor internasional.

Hoppi mengatakan ini menanggapi penandantanganan Deklarasi Panmunjom untuk Perdamaian, Kemakmuran dan Unifikasi Semenanjung Korea” pada Jumat, 27 April 2018.

Penandatanganan dilakukan oleh Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, dan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un.

Kedua pemimpin bersepakat berdamai, mengakhiri Perang Korea dan bertekad melakukan kerja sama ekonomi dan budaya antar-negara. Moon dan Kim juga bersepakat bakal saling mengunjungi dalam waktu dekat ke istana masing-masing.

Secara terpisah, pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengatakan proses unifikasi dua Korea harus memperhatikan konstitusi masing-masing negara.

Associate Professor, Dr Hoppi Yoon, Departmen Hubungan Internasional, President University, Indonesia. Istimewa

Rezasyah mencontohkan proses reunifikasi Jerman Timur dan Jerman Barat. “Dari pengalaman reunifikasi Jerman, yang prosesnya bertahap, berkeadilan, dan saling bersimpati, maka Korea Utara dan Korea Selatan dapat bergerak menuju sebuah ideologi baru, yang pelan-pelan menjadi 'demokrasi terpimpin',” kata Rezasyah kepada Tempo.

Proses unifikasi Korea Utara yang berideologi demokrasi totaliter dan Korea Selatan yang menganut paham demokrasi liberal harus melibatkan masyarakat. Misalnya dengan menggelar referendum. “Ini dilakukan ketika rakyat Korea Utara telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan,” kata Rezasyah.

Berita terkait

Keamanan Google Chrome Kembali Diperbarui Cegah Bug Zero-day

6 Februari 2021

Keamanan Google Chrome Kembali Diperbarui Cegah Bug Zero-day

Google mengeluarkan pembaruan keamanan untuk Chrome berupa patch untuk mengatasi kerentanan di peramban tersebut.

Baca Selengkapnya

Eks Dubes Korea Utara yang Membelot Blak-blakan Soal Senjata Nuklir

3 Februari 2021

Eks Dubes Korea Utara yang Membelot Blak-blakan Soal Senjata Nuklir

Ia yakin Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tidak akan menyerahkan persenjataan nuklirnya.

Baca Selengkapnya

Eks Dubes Korea Utara Untuk Kuwait Kabur ke Korea Selatan

25 Januari 2021

Eks Dubes Korea Utara Untuk Kuwait Kabur ke Korea Selatan

Mantan duta besar Korea Utara untuk Kuwait Ryu Hyun Woo memutuskan kabur ke Korea Selatan bersama keluarganya.

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un Hukum Berat Warga Korea Utara yang Nikmati Hiburan Korea Selatan

20 Januari 2021

Kim Jong Un Hukum Berat Warga Korea Utara yang Nikmati Hiburan Korea Selatan

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memberlakukan denda atau penjara bagi siapa pun yang ketahuan menikmati hiburan Korea Selatan atau meniru aksennya.

Baca Selengkapnya

Tahun Baru 2021, Kim Jong Un Pilih Tulis Surat Untuk Rakyatnya

2 Januari 2021

Tahun Baru 2021, Kim Jong Un Pilih Tulis Surat Untuk Rakyatnya

Dalam surat itu, Kim Jong Un mengucapkan terima kasih kepada rakyatnya karena telah mempercayai dan mendukungnya di masa-masa sulit.

Baca Selengkapnya

Tujuh Negara Tuding Korea Utara Manfaatkan Pandemi Untuk Langgar HAM Warganya

12 Desember 2020

Tujuh Negara Tuding Korea Utara Manfaatkan Pandemi Untuk Langgar HAM Warganya

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun menggelar rapat membahas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Korea Utara ini

Baca Selengkapnya

Cina Dikabarkan Beri Vaksin COVID-19 Eksperimental ke Kim Jong Un

2 Desember 2020

Cina Dikabarkan Beri Vaksin COVID-19 Eksperimental ke Kim Jong Un

Korea Utara dikabarkan telah menerima vaksin COVID-19 eksperimental dari Cina. Bahkan, Kim Jong Un dikabarkan sudah memakainya.

Baca Selengkapnya

Peretas Korea Utara Targetkan Pembuat Vaksin Covid-19 AstraZeneca

30 November 2020

Peretas Korea Utara Targetkan Pembuat Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Para peretas menyamar sebagai perekrut di situs jejaring LinkedIn dan WhatsApp untuk mendekati staf AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Cegah Covid-19, Korea Utara Tambah Pos Jaga di Perbatasan

29 November 2020

Cegah Covid-19, Korea Utara Tambah Pos Jaga di Perbatasan

Pemerintah Korea Utara menambah jumlah pos penjagaannya dan membangun tembok pertahanan di perbatasannya guna mencegah masuknya virus corona.

Baca Selengkapnya

Militer Korea Utara Diduga Latih Lumba-lumba Kamikaze

23 November 2020

Militer Korea Utara Diduga Latih Lumba-lumba Kamikaze

'Karamba' khusus untuk program pelatihan militer mamalia laut seperti lumba-lumba terekam dalam citra satelit Sungai Taedong.

Baca Selengkapnya