Amerika Serikat Selidiki Kejahatan terhadap Rohingya di Myanmar

Reporter

Tempo.co

Kamis, 26 April 2018 14:57 WIB

Pengungsi Rohingya berusaha menuju kamp pengungsian saat ditahan oleh Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) setelah secara ilegal melintasi perbatasan di Teknaf, Bangladesh, 31 Agustus 2017. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat sedang melakukan sebuah evaluasi dan dokumentasi yang intensif menindak lanjuti tuduhan tindak kejahatan terhadap etnis minoritas Rohingya di Myanmar. Sumber di pemerintah Amerika Serikat, yang tidak mau dipublikasi identitasnya, mengatakan saat ini ada dugaan telah dilakukan tindak pembunuhan, pemerkosaan, pemukulan dan tindakan penyerangan lainnya yang kemungkinan dilakukan tentara Myanmar sehingga langkah ini bisa menyeret para pelaku ke meja hukum.

Baca: Rohingya, Minoritas yang Paling Dipersekusi di Dunia

Imigran Rohingya yang ditemukan terdampar diistirahatkan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Bireuen, Aceh, 20 April 2018. Sebanyak 76 warga Rohingya menaiki perahu kayu bermesin lima GT untuk mencari suaka. ANTARA/Rahmad

Baca : Di Bangladesh, Pengungsi Rohingya Myanmar Sulit Cari Kuburan

Dilansir dari Reuters.com pada Kamis, 26 April 2018, evaluasi yang dipimpin oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat ini, telah melibatkan lebih dari seribu wawancara dengan penduduk etnis minoritas Rohingya, laki-laki dan perempuan di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh. Di negara tetangga Mynamar itu, terdapat sekitar 700.000 penduduk Rohingya yang melarikan diri dari penindasan militer pada akhir 2017 di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Advertising
Advertising

Metode evaluasi akan berupa investigasi forensik seperti kejahatan yang terjadi di kawasan Darfur, Sudan pada 2004 silam. Ketika itu, hasil penyelidikan mengarah pada deklarasi adanya pembantaian sehingga membuat Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi kepada pemerintah Sudan.

Sumber mengatakan wawancara terhadap penduduk Rohingya dilakukan pada Maret dan April dengan melibatkan sekitar 20 penyidik dengan latar belakang hukum internasional dan kriminal. Beberapa dari penyidik itu pernah bekerja mengungkap pembantaian di Rwanda dan Yugoslavia.

Informasi yang terkumpul nantinya akan dianalisa di Washington dan di dokumentasi dalam sebuah laporan untuk kemudian dikirim ke Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada Mei atau awal Juni 2018. Masih belum dipastikan apakah Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mempublikasi temuan-temuan pihaknya atau akan menggunakannya untuk menjatuhkan sanksi-sanksi baru ke Myanmar atau merekomendasikan membawa ke pengadilan internasional.

Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

5 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

7 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

7 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

8 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

10 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

11 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

16 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

16 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya