Inggris: 1 Persen Orang Kaya Kuasai 64 Persen Kekayaan Dunia 2030
Reporter
Non Koresponden
Editor
Budi Riza
Minggu, 8 April 2018 17:46 WIB
TEMPO.CO, London -- Sebuah penelitian yang dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat Inggris (House of Commons) menemukan tren satu persen orang kaya akan menguasai 64 persen kekayaan dunia dalam 12 tahun atau pada 2030.
Meningkatnya tren kepemilikan segelintir elit ini terjadi sejak krisis keuangan global pada 2008.
Baca: Angka Pembunuhan di Inggris Naik, Polisi Lakukan Ini
“Aset yang dimiliki 1 persen orang terkaya meningkat dua kali lipat di atas kecepatan pertambahan 99 persen orang kebanyakan,” begitu dilansir media Mirror, Sabtu, 7 April 2018.
Jika tren ini terus berlangsung, maka satu persen elit akan memiliki sekitar 216,5 triliun poundsterling atau sekitar Rp 4,2 juta triliun. Jumlah ini naik dari total kekayaan mereka saat ini yang berjumlah 99 triliun poundsterling atau Rp1,9 juta triliun.
Baca: Putri Eks Agen Mata-mata Rusia Pulih Setelah Diracun di Inggris
“Kekayaan 1 persen orang terkaya ini meningkat karena kemampuan mereka mengumpulkan aset dan berinvestasi pada bisnis dan saham,” begitu dilansir Mirror.
Meluasnya kesenjangan antara 1 persen warga dengan masyarakarat kebanyakan terlihat saat munculnya gerakan Occupy, yang dimulai pada 2011 di New York. Gerakan ini menggunakan slogan “Kami adalah 99 persen.”
Menurut survei Opinium, yang disponsori oleh Liam Byrne yaitu bekas menteri Urusan Buruh Inggris, masyarakat merasa resah dengan pengumpulan kekayaan oleh sekelompok orang kaya.
Ini karena tren ini bisa mengancam demokrasi. Menurut Sputnik News, Opinium adalah lembaga survei yang berbasis di Inggris.
Sekitar 34 persen responden mengatakan kelompok elit bakal lebih berkuasa dibandingkan pemerintahan pada 2030. Hanya 28 persen yang meyakini pemerintah tetap bisa lebih berkuasa dibandingkan elit.
Lebih dari empat dalam sepuluh orang yang mengaku khawatir kesenjangan pendapatan akan memicu munculnya korupsi. Ini juga bisa membuat kelompok superkaya menikmati pengaruh istimewa dalam pembuatan kebijakan pemerintah.
Survei Opinium ini mendapat dukungan dari politisi, akademisi, serikat dagang, dan para pemimpin bisnis.
Menurut Byrne kepada Guardian, kesenjangan global mencapai titik balik. “Jika kita tidak menulis ulang aturan main ekonomi, maka kita sama saja mengutuk masa depan kita untuk kesenjangan selamanya. Itu buruk secara global dan bencana dari sudut pandang ekonomi. Ini membayahakan stabilitas, memicu terjadinya korupsi dan kemiskinan,” kata dia.
Byrne pernah mengorganisasikan konferensi OECD untuk pertumbuhan inklusif yang melibatkan semua orang.
Menurut politikus Partai Konservatif Inggris, George Freeman, ada perbaikan dalam pengurangan angka kemiskinan di berbagai negara. “Namun, konsentrasi kekayaan global hari ini, yang didorong pertumbuhan teknologi, inovasi dan globalisasi, merupakan tantangan yang serius.
Freeman asal Inggris mendorong pemikiran baru dalam memperluas akses ekonomi, kepemilikan aset, dan filantropi.