22 Negara Barat Mengusir 115 Diplomat Rusia, Ada Apa?
Reporter
Yon Yoseph
Editor
Budi Riza
Selasa, 27 Maret 2018 09:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 22 negara barat bersepakat untuk mengusir staf diplomatik dan agen intelijen Rusia dari negara mereka masing-masing sebagai tanggapan atas insiden serangan racun syaraf terhadap eks anggota intelijen Rusia, Sergei Skripal, di Inggris.
Pada awal bulan ini, Inggris memulangkan sekitar 23 diplomat Rusia, setelah menuding negara itu berada di belakang insiden keracunan Sergei Skripal di Salisbury, Inggris. Kini negara-negara barat lain telah menyusul di belakangnya.
Baca: Jerman Usir Diplomat Rusia, Dituduh Terkait Racun di Inggris
Sikap 22 negara barat ini seperti negara Uni Eropa dan Australia ini menyebabkan 115 staf diplomatik Rusia harus pulang ke negaranya. Sebagian mereka diusir karena dicurigai sebagai perwira intelijen Rusia dengan kedok diplomatik.
Baca: Novichok, Pencabut Nyawa dari Rusia
Seperti dilansir CNN pada Selasa, 27 Maret 2018, ini adalah pengusiran kolektif terbesar terhadap diplomat Rusia, yang diduga sebagai perwira intelijen, dalam sejarah.
Amerika Serikat menjadi negara yang melakukan pengusiran paling banyak terhadap staf diplomatik Rusia. Sekitar 60 diplomat yang diduga sebagai perwira intelijen diusir dari negara itu selain bakal menutup konsulat Rusia di Seattle.
Lalu ada Ukraina, yang mengusir 13 diplomat Rusia, yang pengumumannya disampaikan langsung oleh Presiden Petro Poroshenko.
Juga Kanada yang mengusir 4 saf diplomat Rusia, selain menolak permintaan penambahan 3 staf baru. Prancis, Jerman dan Polandia juga akan mengusir, masing-masing, 4 staf diplomatik Rusia.
Lithuania dan Republik Ceko akan mengusir 3 diplomat Rusia. Belanda, Italia, Denmark dan Spanyol, masing-masing, bersepakat mengusir 2 diplomat Rusia dari negara mereka. Australia juga telah mengumumkan untuk mengusir 2 diplomat Rusia, dengan tenggat tujuh hari meninggalkan Australia.
Sementara, masing-masing 1 diplomat Rusia akan diusir dari Albania, Estonia, Latvia, Rumania, Finlandia, Kroasia, Hongaria, Swedia dan Norwegia.
Kementerian luar negeri Rusia telah mengeluarkan pernyataan pada Senin, 26 Maret 2018, memprotes pengusiran stafnya dari negara-negara ini. Rusia menyebutnya sebagai langkah provokatif dan memperingatkan akan merespon.
Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal, ditemukan sekarat dan tidak sadarkan diri di bangku taman di sebuah mal di kota Salisbury, Inggris selatan. Pemerintah Inggris menuduh Rusia bertanggung jawab atas serangan pada 4 Maret 2018, yang menurut para pejabat Inggris menggunakan racun syaraf kelas militer dari jenis yang dikembangkan secara diam-diam oleh institut di Rusia.
Pemerintah Rusia membantah tudingan pemerintah Inggris ini dan meminta sampel racun untuk diteliti. Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan tuduhan itu tidak benar dan tidak masuk akal. Pemerintah Inggris menolak permintaan sampel itu.