TEMPO.CO, Jakarta - Untuk pertama kalinya gambar dan nama wanita akan tertempel pada logo minuman keras ternama asal Amerika Serikat (AS), Johnnie Walker. Edisi Black Label Johnnie Walker akan ada versi wanitanya, dan disebut Jane Walker.

Johnnie Walker, yang dimiliki oleh raksasa minuman keras Diageo (DEO), mengatakan pada Senin, 26 Februari 2018, bahwa akan meluncurkan edisi khusus Black Label yang menampilkan logo wanita Maret ini.

Baca: Pastor Tawarkan Miras dan Keripik Gratis ke Umat agar ke Gereja

"Sebagai merek yang telah berdiri selama hampir 200 tahun, Johnnie Walker dengan bangga mengambil langkah maju ini dengan memperkenalkan Jane Walker sebagai simbol lain dari komitmen kami," demikian pernyataan DEO, seperti dilansir CNN Money pada 27 Februari 2018.

Dengan harga sekitar US$ 34 atau setara Rp 466 ribu, botol edisi khusus itu akan mulai dijual di AS pada Maret bertepatan dengan Bulan Sejarah Wanita dan Hari Perempuan Internasional.

ide DEO disikapi beragam, ada yang memberikan pujian dan ada yang sinis seperti diungkapkan beberapa wanita di media sosial.

"Kita jadi setara jadi kita butuh botol ini. Bagaimana orang bisa sebodoh ini. Bagaimana?" demikian cuitan di Twitter oleh akun bernama Ashley K. Wilt.

Baca: Di NTT, Minuman Keras Masih Diperlukan untuk Acara Adat

"Saya tidak melihat ini sebagai simbol kesetaraan gender," tulis Diana Pardo, yang di akun Twitter menyebut dirinya konsultan komunikasi. "Yang saya lihat hanyalah strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan."

Namun, eksekutif Johnnie Walker mengatakan bahwa inisiatif tersebut dibuat untuk lebih bisa menghargai wanita.

"Scotch dipandang sebagai minuman keras yang sangat mengintimidasi oleh wanita. Ini adalah kesempatan yang sangat menarik untuk mengundang wanita masuk ke dalam merek," kata Wakil Presiden Stephanie Jacoby.

Johnnie Walker mengatakan akan menyumbangkan US$ 1 untuk setiap botol Edisi Jane Walker yang terjual untuk organisasi yang memperjuangkan hak-hak wanita.

Perusahaan minuman keras AS itu mengatakan pemotongan akan terus dilakukan sampai mencapai angka US$ 250.000 atau Rp 3,4 miliar.