TEMPO.CO, Jakarta - Sayap bersenjata kelompok militan Palestina Hamas mengatakan pada Senin bahwa pihaknya siap membebaskan hingga 70 wanita dan anak-anak yang disandera di Gaza. Kepada mediator Qatar, hal ini diungkapkan kelompok tersebut dengan imbalan gencatan senjata lima hari dari gempuran Israel.
“Minggu lalu ada upaya dari saudara-saudara Qatar untuk membebaskan wanita dan anak-anak yang ditawan musuh, sebagai imbalan atas pembebasan 200 anak-anak Palestina dan 75 wanita yang ditahan musuh,” kata Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, mengatakan dalam rekaman audio yang diposting di saluran Telegram kelompok tersebut.
“Gencatan senjata harus mencakup gencatan senjata sepenuhnya dan memungkinkan bantuan dan bantuan kemanusiaan di mana pun di Jalur Gaza,” katanya.
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa pihak Israel menuntut pembebasan 100 wanita dan anak-anak.
Menurut Washington Post, Israel sedang mempertimbangkan gencatan senjata hingga lima hari dan membebaskan tahanan Palestina dalam jumlah yang tidak ditentukan.
Yerusalem menginginkan konfirmasi bahwa warganya yang ditawan diidentifikasi namanya saat mereka dibebaskan sebagai imbalan atas tahanan Palestina. Proses verifikasi adalah salah satu detail yang masih dinegosiasikan, menurut laporan tersebut.
The Post mengutip para pejabat Arab yang mengatakan ada sekitar 120 perempuan dan pemuda Palestina di penjara Israel yang bisa dibebaskan.
Kendati demikian, Hamas menuduh Israel menghambat perundingan dengan melanjutkan serangannya ke Gaza. Jubir Hamas menambahkan bahwa Israel membahayakan nyawa para sandera.
Sayap bersenjata Hamas telah memposting video di media sosial. Ia mengklaim bahwa seorang sandera perempuan terbunuh dalam serangan yang dilakukan oleh pihak Israel pada Kamis.
Militer Israel mengkritik Hamas karena memposting video dan foto para sandera. Dikatakan bahwa kelompok tersebut menggunakan “teror psikologis” dan bertindak “tidak manusiawi.”
Presiden AS Joe Biden menyuarakan dukungan kuatnya terhadap kesepakatan penyanderaan dalam percakapan telepon pada Minggu dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani.
“Kedua pemimpin sepakat bahwa semua sandera harus dibebaskan tanpa penundaan lebih lanjut,” menurut pernyataan Gedung Putih.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan mungkin ada kesepakatan penyanderaan dengan Hamas, berbicara dalam sebuah wawancara dengan acara “Meet the Press” NBC News pada Minggu.
“Saya pikir semakin sedikit saya katakan tentang hal ini, semakin besar peluang saya untuk mewujudkannya,” kata perdana menteri, namun menolak memberikan rincian.
Hamas menyandera sekitar 240 orang dalam serangannya pada 7 Oktober terhadap komunitas Israel di barat laut Negev. Lebih dari 1.200 orang, kebanyakan warga sipil, tewas dan ribuan lainnya luka-luka.
Sementara serangan balasan brutal Israel menewaskan lebih dari 11.000 warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan serta lebih dari 20.000 warga terluka.
Pilihan Editor: Warga Palestina Korban Serangan Israel di Gaza Mengadu ke Pengadilan Kejahatan Internasional
REUTERS | NHK