Ini Alasan Cina Marah Amerika Serikat Hukum Korea Utara

Senin, 26 Februari 2018 07:05 WIB

Presiden AS, Donald Trump mempersilahkan Presiden China, Xi Jinping untuk masuk ke Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida, 6 April 2017. Dalam pertemuan ini, keduanya tampak akrab usai ketegangan terkait kebijakan "Satu China". REUTERS/Carlos Barria

TEMPO.CO, Jakarta - Cina marah besar kepada Amerika Serikat yang secara sepihak menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara dengan menyasar pengusaha dan sejumlah perusahaan Taiwan yang berbisnis dengan Korea Utara.

"Cina tegas menolak sanksi sepihak Amerika Serikat dan 'yurisdiksi senjata jarak jauh' yang berhubungan dengan hukum dalam negerinya menghadapi entitas Cina atau individu, " kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang seperti dikutip dari South China Morning Post, Minggu, 25 Februari 2018.

Baca: Kesulitan Uang, Korea Utara Pangkas Oplah Harian Propagandanya

Geng Shuang juga menegaskan bahwa Cina telah lama di pihak Amerika Serikat mengenai isu Korea Utara, sehingga Amerika Serikat diminta untuk segera menghentikan aksi-aksinya yang bertentangan untuk menghindari terganggunya kerja sama bilateral di area relevan," ujar Geng Shuang.

Amerika Serikat pada hari Jumat, 23 Februari 2018 menyatakan melalui situs resmi Kementerian Keuangan bahwa ada 1 individu dikenai sanksi, 28 perusahaan dan 28 kapal laut.

Selanjutnya, Amerika Serikat memblokir aset perusahaan-perusahaan itu maupun individu di Amerika Serikat dan melarang warga Amerika Serikat bekerja sama dengan individu dan perusahaan yang dikenai sanksi.

Korea Utara pangkas dua pertiga dari jumlah oplah surat kabar propagandanya Rodong Sinmun lantaran kesulitan bahan baku [Chosun Ilbo]

Baca: Kapal Cina Ketahuan 30 Kali Jual Minyak ke Korea Utara

Ternyata dua dari 28 kapal laut yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat merupakan kapal milik perusahaan Cina, yakni Weihai World-Shipping Freight berkantor di provinsi Shandong dan Shanghai Dongfeng Shipping Co berkantor di Shanghai.

Adapun satu individu yang masuk daftar sanksi Amerika Serikat untuk menekan Korea Utara adalah pengusaha Taiwan bernama Tsang Yung-yuan, 61 tahun, pendiri perusahaan Yu Feng Chin Enterprise yang berkantor di Taipei, Taiwan.

Advertising
Advertising

"Tsang telah berkoordinasi mengekspor batubara Korea Utara dengan broker Korea Utara berkantor di Rusia, dan dia punya sejarah mengelak untuk dikenai sanksi lainnya," kata Kementerian Keuangan Amerika Serikat melalui situs resminya.

Baca: Antisipasi Perang, Cina Bangun Kamp Pengungsi Dekat Korea Utara

Otoritas Taiwan menyatakan pihaknya telah mengusut keterlibatan pengusaha setempat untuk mengekspor batubara Korea Utara yang hal ini merupakan pelanggaran terhadap resolusi PBB. Namun belum ada kesimpulan dari pengusutan ini.

Tsang Yung-yuan tidak menanggapi pertanyaan wartawan tentang sanksi yang dijatuhkan padanya oleh Amerika Serikat.

Presiden Trump menyebut sanksi terhadap Korea Utara sebagai yang terberat dari sanksi yang pernah ada. Jika tidak mempan, maka Trump mengaku sudah mempersiapkan sanksi tahap kedua, tanpa memberi rincian.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

7 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

18 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

3 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya