Eks CEO Save the Children Akui Lakukan Pelecehan Seksual
Reporter
Non Koresponden
Editor
Maria Rita Hasugian
Kamis, 22 Februari 2018 11:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Save the Children, lembaga amal internasional, diguncang isu pelecehan seksual oleh mantan CEO, Justin Forsyth. Hasil investigasi internal lembaga itu menyebutkan, ada tiga staf melaporkan pelecehan seksual yang dilakukan Forsyth pada tahun 2011 dan 2015.
Forsyth dilaporkan mengirimkan pesan pendek ke seorang staf wanita Save the Children yang isinya mengomentari pakaian yang dikenakannya dan apa yang dia rasakan menyaksikan pakaian staf wanita itu.
Baca: Pakistan Tutup Kantor Save the Children
Untuk pengaduan lainnya tidak dijelaskan. Namun, Forsyth mengakui perbuatannya yang tidak pantas itu dan menyatakan permohonan maaf.
"Saya membuat beberapa kesalahan pribadi semasa saya di Save the Children. Saya mengakui bahwa di beberapa peristiwa saya berbicara dengan sejumlah rekan secara tidak pantas dan sembrono, yang sekarang saat tahu mengakibatkan pelanggaran dan rasa sakit," kata Forsyth seperti dikutip dari Independent.co.uk, Rabu, 21 Februari 2018.
Menurut Forsyth, kasus ini sudah lama terjadi dan permintaan maafnya sudah diterima.
"Saya mengira isu ini sudah ditutup beberapa tahun lalu," ujarnya.
Baca: Sekelompok orang serbu lembaga amal Save the Children di Afghanistan
Forsyth sejak tahun 2016 bekerja sebagai Direktur Eksekutif Unicef, Badan PBB untuk isu anak-anak, di New York, Amerika Serikat.
Kasus ini muncul di media setelah Brendan Cox, suamai dari anggota parlemen yang dibunuh, Jo Cox, mengakui telah membuat kesalahan yang mengakibatkan beberapa wanita terluka saat bekerja di Save the Children.
Cox dan Forsyth dulunya sama-sama bekerja di 10 Downing Street, di masa Perdana Menteri Gordon Brown. Dan keduanya kemudian bekerja di Save the Children.
Juru bicara Unicef mengatakan pihaknya sedang membahas masalah Forsyth dengan rekan kerjanya sehingga dapat diambil langkah yang tepat.
Baca: Sejuta Anak Yaman Terancam Kolera
Direktur Eksekutif Save the Chidlren, Kevin Watkins memohon maaf seraya mengatakan, pihaknya sedang melakukan pengkajian secara menyeluruh tentang budaya kerja lembaga amal ini termasuk langkah-langkah melindungi keselamatan karyawan dan tantangan tingkah laku para pemimpin senior.
Kasus pelecehan seksual mantan bos Save the Children ini terjadi beberapa hari setelah terbongkarnya kasus pelecehan seksual yang dilakukan petinggi Oxfam, LSM yang berbasis di London, Inggris.