TEMPO.CO, Islamabad – Pemerintah Pakistan menutup kantor badan internasional, Save the Children dan memerintahkan staf asingnya untuk meninggalkan negeri itu dalam 15 hari. Kementerian Dalam Negeri Pakistan menyatakan akan memperketat badan bantuan dan aktivis ‘yang bekerja tanpa aturan,’ dan menuding mereka terlibat spionase.
“Lembaga-lembaga internasional bekerja tanpa aturan, agenda dan hukum di Pakistan. Selama beberapa tahun, badan intelijen telah melaporkan hal ini tapi tidak ada tindakan,” kata Menteri Dalam Negeri Chaudhry Nisar Ali Khan kepada wartawan, Jumat, 12 Juni 2015.
Sumber dari kepolisian yang tidak disebut namanya mengungkapkan Save the Children ditutup karena diduga terlibat dalam proyek anti-pemerintah Pakistan. “Kami telah mengawasi telepon dan kantor mereka. Aktivitas mereka sangat mencurigakan,” kata pejabat senior kepolisian Islamabad seperti dilaporkan Reuters.
Polisi mengunci gerbang kantor yang terletak di Ibukota Islamabad, Kamis sore dan menempelkan pengumuman bahwa gedung tersebut disegel. Staf lokal menyatakan penyegel berasal dari Kementerian Dalam Negeri Pakistan.
Penutupan mendadak tanpa pemberitahuan tersebut disayangkan pihak Save the Chidren. Mereka menyatakan keberatan dan keprihatinan yang mendalam. “Pekerjaan kami didesain dan dikerjakan bekerja sama dengan seluruh Kementerian, serta bertujuan untuk memperkuat sistem layanan publik di bidang kesehatan, nutrisi, pendidikan dan kesejahteraan anak,” kata Save the Children dalam pernyataannya, kemarin.
Tudingan melakukan tindakan spionase anti pemerintah bukan pertama kali dialami lembaga yang telah berada di Pakistan selama 35 tahun terakhir itu. Perseteruan dengan pemerintah dimulai sejak 2011, terkait Shakil Afridi, dokter Pakistan yang direkrut oleh CIA untuk membantu perburuan pemimpin Al Qaidah, Usamah Bin Laden.
Dokter vaksinasi Pakistan di Kota Abbottabad itu ditugasi mendapatkan DNA bin Laden yang kemudian tewas dalam operasi penggerebekan oleh pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat.
Saat tuduhan itu muncul, para staf asing diusir dari Pakistan, tetapi lebih dari seribu staf lokal terus beroperasi. Save the Children membantah terlibat dengan sang dokter maupun CIA.
Pejabat Save the Children mengatakan beberapa staf mereka juga ditolak visanya sejak 2012 dan pasokan bantuan diblokir oleh aparat Pakistan. “Akibatnya bantuan terhadap jutaan anak-anak dan keluarganya terblokir,” kata pejabat yang tidak disebut namanya itu. “Semoga kebaikan akan menang.”
Para aktivis bantuan kemanusiaan mengatakan Pakistan memperketat kebijakan terhadap lembaga bantuan internasional maupun lokal karena curiga mereka terlibat dalam spionase.
Pakistan juga sedang menggodok Rancangan Undang-undang Aturan Kontribusi Asing 2015. Jika disetujui, RUU itu akan mempermudah pencegahan masuknya kelompok-kelompok kemanusiaan yang didanai asing beroperasi di Pakistan. Menurut Civicus, aliansi organisasi masyarakat sipil global, pemerintah Pakistan mendaftar kembali 3.000 kelompok bantuan kemanusiaan lokal pada Desember tahun lalu.
REUTERS | AP | NATALIA SANTI