Amerika Vs Rusia: Sekitar 100 Anggota Pasukan Pro Suriah Tewas
Reporter
Yon Yoseph
Editor
Budi Riza
Jumat, 9 Februari 2018 14:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia mengecam serangan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat, yang menggelar serangan di dekat provinsi timur Deir Ezzor, Suriah. Serangan ini menewaskan sekitar 100 pasukan pro pemerintah Suriah, yang didukung Rusia. Serangan ini meningkatkan ketegangan antara Rusia dan AS.
Koalisi yang dipimpin AS pada Rabu mengumumkan pasukan gabungan Syrian Democratic Forces (SDF) sehari sebelumnya mendapat serangan tiba-tiba oleh sekitar lima ratus ratusan pasukan pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Baca: Bicarakan Suriah, Turki dan Rusia Sepakat Bertemu di Istanbul
Para milisi pro-Suriah ini berkumpul di dekat garis dekonstruksi Sungai Effrat, yang memisahkan pemerintah pro-Suriah dan koalisi yang didukung oleh AS untuk menyerang ISIS.
Baca: Pilot Tempur Rusia Ledakkan Diri Sebelum Ditangkap Milisi Suriah
Serangan koalisi yang dipimpin AS dilakukan dengan artileri darat serta didukung serangan pesawat jet tempur. Ini menimbulkan korban masif sehingga telah membuat marah Rusia dan Suriah.
Pemerintah Suriah menuduh AS melakukan agresi dan Rusia mengecam kehadiran pasukan Amerika Suriah sebagai ilegal. Rusia juga menuduh AS berusaha merebut minyak Suriah.
"Kejadian baru-baru ini sekali lagi menunjukkan bahwa kehadiran militer ilegal Amerika Serikat di Suriah sebenarnya bertujuan untuk mengendalikan aset ekonomi negara ini dan tidak berperang melawan kelompok teror internasional ISIS," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia. Berita ini dilansir CBC News dan Washington Post.
Seperti dilansir Newsweek pada 8 Februari 2018, pemerintah AS mengatakan melakukan tindakan pembelaan bukan agresi karena kelompok itu diduga akan melakukan serangan setelah berusaha mendekati markas pasukan koalisi.
Juru bicara koalisi AS, Kolonel Thomas F. Veale mengatakan serangan dilakukan setelah pasukan pemerintah pro-Suriah menyerang markas besar SDF, sebuah milisi beranggotakan mayoritas Kurdi dan etnis minoritas , dengan tembakan artileri, tembakan mortir dan tank. Ini terjadi sekitar lima mil sebelah timur sebuah perbatasan yang disepakati di dekat Kota Khusham. Pasukan pro-pemerintah datang dengan kekuatan sekitar 300 sampai 800 orang.
"Setelah 20 sampai 30 peluru artileri dan tank mendarat sejauh 500 meter dari lokasi markas SDF, Pasukan Demokratik Suriah yang didukung oleh Koalisi menargetkan penyerang dengan kombinasi serangan udara dan artileri," kata Veale. "Tindakan ini dilakukan untuk membela diri."
Veale berspekulasi pasukan pro-Assad mungkin telah mencoba untuk merebut kembali ladang minyak dan gas yang berada di lokasi sekitar. Ladan ini berada di bawah kendali ISIS pada 2014 sebelum SDF menguasainya pada September lalu.
Ini adalah bentrokan paling serius yang melibatkan Amerika Serikat dan Suriah dan Rusia sejak pasukan AS. mulai menyerang ke timur laut Suriah pada akhir 2015 untuk mendukung pejuang Kurdi dan Arab melawan ISIS.
Ini menggambarkan kompleksitas medan perang sekarang bahwa perang melawan kelompok ekstremis berkelok-kelok sehingga Amerika Serikat menguasai keseluruhan sekitar seperempat Syria.
Pemerintah Suriah dan sekutunya Iran telah berulang kali meminta pasukan AS untuk meninggalkan Suriah sekarang karena perang melawan ISIS hampir berakhir. Dan mereka secara teratur mengancam akan melakukan perang untuk mengusir orang-orang Amerika jika mereka tidak pergi.
Rusia telah menuduh AS melindungi ISIS dan kelompok jihad lainnya untuk membenarkan kehadiran militernya di Suriah, yang oleh pemerintah Assad dianggap "tidak sah."
Namun, pemerintahan Donald Trump mengumumkan strategi baru Suriah bulan lalu di mana pasukan AS akan tetap berada di Suriah timur laut sampai ada penyelesaian damai mengenai perang yang lebih luas yang mencakup transisi dari pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Tidak adanya tanda-tanda kesepakatan damai semacam itu, militer AS saat ini berkomitmen untuk berada di Suriah hingga waktu tidak terbatas, yang ditentang semua pemain utama di negara ini.
Prospek pasukan AS akan tetap berada di Suriah sementara menopang upaya orang Kurdi untuk mengamankan pemerintahan sendiri telah memicu konvergensi di antara negara-negara yang menentang bentuk otonomi Kurdi, menyatukan Turki, Rusia, Iran dan pemerintah Suriah dalam sebuah aliansi de facto melawan Kehadiran AS
Koalisi yang dipimpin AS dibentuk pada 2014 untuk memerangi kelompok ISIS di Suriah dan Irak, yang sebagian besar telah dikalahkan tahun lalu. Sekitar 2.000 pasukan AS tetap berada di Suriah, bersekutu dengan aliansi SDF yang dipimpin Kurdi, yang memegang wilayah terbesar di luar kendali pemerintah.
Perang saudara Suriah, yang sekarang memasuki tahun kedelapan, telah membunuh ratusan ribu orang dan memaksa lebih dari 11 juta orang mengungsi dari rumah mereka.