Kepala Mossad Bilang Punya Banyak Intel di Iran, seperti Apa?
Kamis, 11 Januari 2018 06:03 WIB
TEMPO.CO, Yerusalem -- Kepala lembaga intelejen Mossad, Yossi Cohen, mengatakan aksi unjuk rasa tidak bakal bisa menjatuhkan pemerintahan Iran. Dan pada saat yang sama, pasukan Iran menyebar di kawasan Timur Tengah tanpa hambatan berarti.
"Kami punya mata dan telinga dan lebih lagi di Iran," kata Cohen dalam konvensi Kementerian Keuangan, di Yerusalem, seperti dilansir Times of Israel Selasa, 9 Januari 2018, waktu setempat.
Baca: Iran: CIA, Mossad dan Arab Saudi di Balik Demonstrasi
Cohen mengatakan aksi unjuk rasa yang terjadi di Iran menjelang pergantian tahun kemarin disebabkan keinginan rakyat Iran agar ada perbaikan ekonomi. Mereka berharap Presiden Hassan Rouhani bisa memperbaiki kondisi ekonomi.
Baca: Mata-mata Israel Asal Lebanon Ini Direkrut Perwira Mossad
"Itu yang membawa mereka ke jalan. Tidak perlu ada harapan besar meskipun saya bakal merasa sangat bahagia jika ada revolusi sosial di Iran. Mungkin itu akan terjadi di masa depan," kata dia.
Cohen juga menyoroti meningkatnya kemampuan teknologi militer Iran, yang mulai membuat berbagai peralatan dengan presisi tinggi. Senjata-senjata ini disebar ke berbagai organisasi perlawanan berbasis Syiah di kawasan Timur Tengah. Ini menimbulkan kekhawatiran di kawasan Timur Tengah dan Israel.
Cohen mengatakan Iran mengalami perkembangan ekonomi seperti yang ditunjukkan data-data yang ada. Dan negara mullah ini mulai menambah anggaran militer seperti untuk keamanan, intelejen, dan ekspansi di kawasan Timur Tengah dan lebih jauh.
Ekspansi Iran ini dilakukan dengan membangun koridor udara dan darat virtual, yang digunakan untuk menyuplai pasukan ke area yang dinilai membutuhkan bantuannya untuk mewujudkan visi Iran.
"Kita mengalaminya langsung pada Revolusi Hijau yang padam pada 2009 dan sekarang kita melihatnya lagi," kata Cohen.
Pada Selasa, pemimpin spiritual Iran, Ali Khamenei, mencuit di akun Twitternya bahwa orang-orang yang mencoba menjatuhkan pemerintahan Republik Islam Iran berasal dari luar negeri. "Mereka telah gagal dan di masa depan juga bakal gagal," kata Khamenei.
Dalam pernyataan di situsnya, Garda Revolusi Iran menyalahkan Amerika Serikat, Israel, dan Arab Saudi serta kelompok pendukung monarki, yang dijatuhkan pada revolusi Islam Iran pada 1979, sebagai biang aksi unjuk rasa kemarin, yang diikuti sekitar 42 ribu orang. Sekitar 22 orang tewas dengan sekitar lima ratus hingga seribu orang ditangkap dalam aksi unjuk rasa itu.
AS dan Israel menyatakan secara terbuka dukungan terhadap aksi unjuk rasa itu. Tapi keduanya membantah terlibat menggerakkannya. Kepala Mossad, Cohen, mengatakan revolusi sosial bisa terjadi di Iran di masa depan.