TEMPO.CO, Jakarta - Iran menuding agen rahasia Amerika Serikat CIA dan Israel Mossad, serta Arab Saudi berada di balik unjuk rasa yang memakan korban jiwa pekan lalu.
Menurut keterangan Jaksa Agung Iran, Mohammad Jafar Montazeri, kepada media, Kamis, 4 Januari 2017, agen CIA menjadi operator utama dalam aksi jalanan yang memakan korban jiwa.
Baca: Soal Unjuk Rasa, Iran Kritik Balik Kanada
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Berita Tasnim, para demonstran, kebanyakan ulama, menghadiri demonstrasi pro-pemerintah di kota suci Qom selatan ibukota Teheran, Iran, 3 Januari 2018. AP
"Demonstrasi ini juga mendapatkan arahan dari Israel dan Arab Saudi," ujar Montazeri, Kamis.
Montazeri menjelaskan sebagaimana dikutip kantor berita pemerintah IRNA, aksi tersebut dipersiapkan empat tahun lalu dalam operasi senyap CIA. "CIA dan seorang agen bersama Mossad yang menjadi otak di belakang aksi, sementara Arab Saudi membayar seluruh biaya operasi," jelasnya.
Pemerintah Amerika Serikat maupun CIA menolak segala tudingan Iran tersebut.
Sedikitnya 22 orang tewas dan lebih dari 450 orang ditahan sejak unjuk rasa antipemerintah pecah di hampir seluruh kota besar di Iran pada 28 Desember 2017.Pendemo memegang poster yang menunjukkan potret pendiri revolusioner Iran Ayatollah Khomeini, dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dalam sebuah demonstrasi pro-pemerintah di kota suci Qom, Iran, 3 Januari 2018. Puluhan ribu warga Iran mengambil bagian dalam demonstrasi pro-pemerintah di beberapa kota di seluruh negeri. AP
Protes massa yang difoukskan pada masalah ekonomi itu, menurut sejumlah laporan, dianggap paling besar sejak pecah aksi jalanan memprotes kemenangan Mahmoud Ahmadinejad dalam pemilihan presiden pada 2009.
Baca: Uni Eropa Minta Iran Menjamin Hak Unjuk Rasa
Kantor Kementerian Dalam Negeri Iran mengatakan, unjuk rasa di Iran diikuti sekitar 42 ribu orang. "Jumlah tersebut berdasarkan data statistik yang kami miliki," kata Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli dalam sebuah pernyataan.