TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Keamanan Lebanon menahan Ziad Ahmad Itani, seorang seniman panggung merangkap jurnalis, karena dituduh menjadi mata-mata Israel, Mossad.
Tudingan yang dialamatkan kepada Itani adalah dia terbukti melakukan komunikasi dan menjalin kesepakatan dengan badan intelijen Israel, Mossad.
Baca: Mossad Pernah Gagal Bunuh Bin Ladin
Logo Mossad. wikipedia.org
Menurut hasil intrograsi aparat keamanan Lebanon, aksi spionase Itani itu bermula dari saling tukar status di Facebook pada 2014 dengan seorang gadis berusia 30 tahun dari Swedia.
"Gadis berambut hitam pekat dan bermata hijau itu mengaku bernama Collette Vianfi," tulis Visi-on.
Di laman media sosial, keduanya saling berkirim kabar dan surat elektronik. Bahkan gadis tersebut mengirimkan foto intimnya kepada Itani melalui e-mail. Hubungan itu berlanjut, keduanya saling tukar nomor telepon dan alamat di Beirut.
Pada awalnya, percakapan terbatas pada masalah pribadi dan hubungan romantis, serta masalah situasi umum di Lebanon dan dunia.Ziad Ahmad Itani. ynetnews.com
Namun, belakangan, hubungan keduanya tidak terbatas pada romantika saja, namun sudah berkembang jauh hingga awal 2016.
Hubungan itu kian meningkat setelah gadis Swedia tersebut ternyata adalah seorang perwira intelijen Israel yang bertugas merekrut seniman Itani untuk bekerja sesuai dengan kepentingannya. Selanjutnya komunikasi keduanya tak hanya melalui Facebook, melainkan juga dengan Messenger, WhatsApp dan Gmail.
Pesan yang disampaikan Itani kepada perwira Israel ini, menurut versi petugas keamanan Lebanon, dienkripsi dibagi menjadi tiga bagian. Masing-masing dikirm secara terpisah dengan aplikasi lain.
Menurut penyidik, Itani tahu bahwa keduanya saling terkoneksi melalui Messenger dengan sandi HI IT'S ME yang ditulis dengan huruf besar.
"Keduanya sepakat melakukan komuniksai dengan membuka Facebook dan Website setiap hari pada pukul 02.00 dini hari," kata Itani kepada penyidik.
Pengakuan Itani kepada penyidik bahwa dia menerima panggilan telepon dari berbagai negara termasuk Swedia, Belgia, daerah pendudukan Palestina, Turki dan Qatar. Seluruh panggilan telepon tersebut selalu menggunakan nomor telepon berbeda.
"Itani bertemua pertama kalinya dengan Collett secara pribadi di Turki pada Agustus 2017."Meir Dagan, mantan ketua Mossad. REUTERS/Yonathan Weitzman
Pada pertemuan tersebut, Collett meminta Itani bekerja sebagai tokoh publik karena memiliki hubungan luas dan mengembangkan hubungan sosial kemasyarakatan. Collett juga meminta Itani menjaga penampilan luarnya sehingga bisa bergaul dengan lingkaran tertentu.
Baca: Agen Mossad Bocorkan Nama Informannya ke Hizbullah
Untuk seluruh kepentingan tersebut, Itani yang berdarah Lebanon itu mendapatkan kiriman uang tiap bulan antara US$ 500 hingga US$ 1000 atau setara dengan Rp 6,8 juta-Rp 13,5 juta dari Western Union dengan nama samaran Aref Marei.