Rugikan Israel, 20 Organisasi Pendukung BDS Dilarang Masuk
Reporter
Terjemahan
Editor
Sita Planasari
Senin, 8 Januari 2018 11:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Israel mengumumkan daftar 20 organisasi internasional yang anggotanya dilarang masuk ke negara Yahudi itu karena mendukung gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) pada Ahad waktu setempat.
Keputusan ini diambil menyusul menguatnya kecaman dunia internasional kepada Israel atas pendudukan terhadap Palestina. Termasuk diantaranya desakan kelompok BDS yang membuat penyanyi Selandia Baru, Lorde, membatalkan konsernya di Tel Aviv sepekan lalu.
“Kami bergerak dari strategi bertahan menjadi menyerang,” kata Gilad Erdan, menteri urusan strategis yang membuat daftar ini kepada harian sayap kiri Israel, Ha’aretz. “Para pendukung boikot harus tahu bahwa Negara Israel akan melawan mereka dan melarang mereka masuk agar tidak menyakiti warga kami.”
Baca juga:
Ibu Kota Islandia, Negeri Para Viking, Boikot Produk Israel
Gerakan damai BDS yang bertujuan untuk menghentikan penjajahan Israel di Tepi Barat serta memulangkan para pengungsi Palestina ke tanah kelahiran mereka ini rupanya dinilai berhasil meningkatkan kesadaran dunia internasional atas penderitaan warga Palestina selama tujuh dekade terakhir.
Salah satu organisasi yang terkena larangan-- yang akan mulai efektif pada 1 Maret mendatang—adalah Jewish Voice for Peace. Organisasi ini berisi sekitar 15 ribu warga Yahudi Amerika Serikat yang mendukung kemerdekaan Palestina dan mengakhiri kebijakan apartheid Israel.
Juga masuk dalam daftar kelompok Amerika lain seperti organisasi feminis Code Pink serta organisasi Quakers, American Friends Service Committee. Organisasi serupa dari Cile, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, Swedia dan Afrika Selatan juga masuk dalam daftar hitam.
“Mereka berusaha mengeksploitasi keramahan kami dengan mempermalukan kami,” ujar Menteri Dalam Negeri Aryeh Deri, yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan larangan masuk ini kepada Ha’aretz.
Rebecca Vilkomerson, ketua Jewish Voice for Peace yang telah menerapkan kebijakan BDS sejak 2005, kepada The New York Times menyebut larangan masuk ini sebagai upaya bully dan intimidasi.
Baca juga:
Jaringan Supermarket Inggris Boikot Produk Israel
“Larangan ini sangat berat bagi saya pribadi,” tutur Vilkomerson, yang tinggal di Brooklyn. “Suami saya baru saja pulang dari Israel menengok orang tuanya yang telah berusia 80 tahun. Kami sangat dekat dengan mereka. Saya tidak tahu bagaimana dampak larangan ini secara personal.”
Namun dalam pernyataan resminya, Vilkomerson menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mempan dibully untuk menegaskan prinsip mereka. “Larangan ini justru menunjukkan kekhawatiran Israel akan membesarnya pengaruh BDS secara global.”
Ironisnya, American Friends Service Committee (AFSC), organisasi yang masuk dalam daftar hitam Israel, meraih Hadiah Nobel Perdamaian pada 1947 karena menyelamatkan warga Yahudi dari kekejaman Holocaust.
Menanggapi larangan itu, AFSC menegaskan mereka tidak akan menghentikan perjuangan damai yang telah dilakukan lebih dari seabad terakhir.
"Kami mendukung gerakan boikot untuk mengakhiri apartheid di Afrika Selatan, dan kami juga mendukung BDS bagi rakyat Palestina,” ucap Kerri Kennedy, Asosiat Sekretaris Jenderal AFSC untuk program internasional kepada Aljazeera. “Kami mendukung penegakan hak asasi di Israel, Palestina dan tempat lainnya. Kami menolak dibully.”