Saudi Lepas Dua Putra Raja Abdullah terkait Kasus Korupsi

Reporter

Budi Riza

Editor

Budi Riza

Jumat, 29 Desember 2017 09:17 WIB

Foto yang menunjukkan para pangeran Arab, menteri, dan pebisnis yang ditahan dengan tuduhan korupsi, tidur di kasur tipis yang digelar di atas karpet dengan tubuh mereka dibalut selimut di Hotel Ritz Carlton Riyadh. twitter.com/MBNSaudi

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dikabarkan telah melepas dua tersangka korupsi kakap yaitu Pangeran Meshaal bin Abdullah dan Pangeran Faisal bin Abdullah.


Keduanya adalah putra dari Raja Abdullah, yang digantikan oleh Raja Salman pada 2015. Kedua pangeran ini dilepaskan beberapa hari setelah sekitar dua lusin tahanan kakap tersangka korupsi juga dilepas. Sebelumnya, mereka ditahan di Hotel Ritz-Carlton, Riyadh.

Baca: Arab Saudi Berangus Korupsi, 17 Pengusaha Asing Disiksa

"Jaksa agung Arab Saudi menyetujui pelepasan kedua pangeran itu setelah mereka membuat kesepakatan keuangan dengan pemerintah," kata seorang pejabat Saudi kepada Reuters, Jumat, 29 Desember 2017.

Advertising
Advertising

Baca: Saudi Cegat Serangan Misil Houthi ke Riyadh

Seperti diberitakan, Saudi menggelar proses penangkapan pelaku korupsi sejak 4 Nopember 2017. Sekitar 200 orang tokoh publik, pejabat aktif, mantan pejabat, pengusaha kakap dan pangeran telah ditahan karena diduga melakukan korupsi.


Pemerintah mensinyalir praktek korupsi di negara itu telah merugikan keuangan negara sekitar US$100 miliar atau sekitar Rp1300 triliun. Namun, jumlah kerugian negara sebenarnya diperkirakan jauh lebih besar dari ini.


Raja Salman membentuk Komisi Antikorupsi dengan dipimpin oleh Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, yang dikenal dengan sapaan MBS. Dia menangkap dua konglomerat yaitu Alwaleed bin Talal dan Mohammad al-Amoudi, yang diduga membangun bisnisnya lewat jalur KKN. Sejumlah pangeran juga ikut ditangkap termasuk putra - putra dari Raja Abdullah.


Selain menangkap para pengusaha Saudi, Komisi Antikorupsi ini juga dikabarkan menangkap 17 pengusaha asing, yaitu 8 warga Amerika, 6 warga Inggris, dan 3 warga Prancis.

Komisi dikabarkan menggunakan jasa tentara bayaran Blackwater asal AS atau yang belakangan berganti nama menjadi Academi untuk menyiksa para tahanan agar mau mengakui perbuatannya. Manajemen Academi membantah terlibat soal ini.

Sebagian atau semua tahanan korupsi ini diduga juga telah menjalani penyiksaan seperti digantung terbalik agar mau bekerja sama mengembalikan uang negara yang mereka nikmati. Pemerintah Saudi dikabarkan meminta kompensasi minimal sekitar 30 persen dari total kekayaan para tahanan agar mereka bisa dilepas.


REUTERS | DAILY MAIL

Berita terkait

Saudi Terapkan Hukum Perdata untuk Naikkan Investasi, Investor Masih Berhati-hati

10 Januari 2024

Saudi Terapkan Hukum Perdata untuk Naikkan Investasi, Investor Masih Berhati-hati

Arab Saudi mulai 16 Desember 2023, memberlakukan hukum perdata tertulis pertama untuk meningkatkan investasi, namun investor tetap berhati-hati.

Baca Selengkapnya

Kunjungan Dadakan Putin ke Saudi Masih Misterius, MbS Berjanji Akan ke Moskow

7 Desember 2023

Kunjungan Dadakan Putin ke Saudi Masih Misterius, MbS Berjanji Akan ke Moskow

Rencana MbS ke Rusia batal, sehingga Putin tiba-tiba yang terbang ke Saudi untuk menemui pemimpin negara eksportir minyak terbesar dunia tersebut

Baca Selengkapnya

Normalisasi Israel - Saudi Tak Akan Perbesar Peluang Palestina Merdeka

29 September 2023

Normalisasi Israel - Saudi Tak Akan Perbesar Peluang Palestina Merdeka

Normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel tampaknya tidak akan memperbesar peluang Palestina mendapat menjadi negara merdeka dan berdaulat.

Baca Selengkapnya

Saudi Minta Jaminan Keamanan dari AS sebagai Syarat Hubungan dengan Israel, Palestina Ditinggalkan?

29 September 2023

Saudi Minta Jaminan Keamanan dari AS sebagai Syarat Hubungan dengan Israel, Palestina Ditinggalkan?

Saudi menuntut terbentuknya pakta militer dengan AS sebagai syarat normalisasi hubungan dengan Israel, meski tidak ada konsesi untuk Palestina merdeka

Baca Selengkapnya

Cagar Alam Uruq Saudi Masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO

21 September 2023

Cagar Alam Uruq Saudi Masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO

Cagar Alam Uruq Bani Ma'arid di Arab Saudi masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.

Baca Selengkapnya

Saudi Undang Houthi Bahas Gencatan Senjata Permanen di Yaman

15 September 2023

Saudi Undang Houthi Bahas Gencatan Senjata Permanen di Yaman

Arab Saudi mengundang delegasi Houthi ke Riyadh untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata permanen di Yaman

Baca Selengkapnya

Al-Qahtani, Lansia Saudi Berusia 110 Tahun yang Kembali Bersekolah

7 Agustus 2023

Al-Qahtani, Lansia Saudi Berusia 110 Tahun yang Kembali Bersekolah

Seorang wanita Saudi membuktikan pepatah lama "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" dengan kembali ke sekolah - pada usia 110 tahun.

Baca Selengkapnya

Saudi dan Houthi Akan Berunding, Perdamaian Yaman sebelum Idul Fitri

8 April 2023

Saudi dan Houthi Akan Berunding, Perdamaian Yaman sebelum Idul Fitri

Delegasi Saudi-Oman berencana melakukan perjalanan ke Sanaa berunding dengan Houthi untuk perdamaian Yaman sebelum Idul Fitri

Baca Selengkapnya

Pembakaran Al-Quran Terjadi Lagi di Denmark, Saudi dan Negara Muslim Kutuk Keras

27 Maret 2023

Pembakaran Al-Quran Terjadi Lagi di Denmark, Saudi dan Negara Muslim Kutuk Keras

Arab Saudi bersama Yordania, Kuwait, dan Qatar mengutuk pembakaran Al-Quran dan bendera Turki pada Jumat oleh kelompok Patrioterne Gar Live di Denmark

Baca Selengkapnya

Saudi Bebaskan Warga AS, Ditahan 19 Tahun karena Kritik Kerajaan di Twitter

21 Maret 2023

Saudi Bebaskan Warga AS, Ditahan 19 Tahun karena Kritik Kerajaan di Twitter

Saudi membebaskan seorang warga negara AS yang dipenjara selama 19 tahun karena mengunggah kritik terhadap Kerajaan di Twitter.

Baca Selengkapnya