Presiden Filipina Rodrigo Duterte melihat ratusan senjata yang berhasil disita oleh militer Filipina selama bentrokan di Marawi, 20 Juli 2017. Kunjungan Duterte ini didampingi sejumlah menteri. Ace Morandante/Presidential Photographers Division, Malacanang Palace via AP
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rodrigo Duterte akan membentuk pemerintahan revolusioner untuk melawan upaya kudeta dari lawan politiknya serta kelompok pemberontak Filipina.
"Saya tidak ragu mengumumkan pemerintahan revolusioner sampai masa jabatan saya berakhir. Saya akan menahan kalian semua dan kami bisa melancarkan perang besar melawan kelompok merah," kata Duterte merujuk pada pemberontak komunis.
Duterte juga menuduh CIA, Badan Intelijen Amerika Serikat, terlibat dalam perencanaan menggulingkannya. Selain itu, dia memperingatkan akan memenjarakan semua lawan dan pemimpin komunis.
Duterte mengacu pada mantan Presiden Corazon Aquino, yang membentuk sebuah pemerintahan revolusioner tak lama setelah memimpin bangkitnya rakyat pada 1986, yang menggulingkan diktator Ferdinand Marcos.
"Sama seperti pahlawan Anda, pahlawan wanita, Presiden Corazon Aquino mengumumkan sebuah undang-undang darurat militer. Kemudian berubah pikiran hanya beberapa jam dan mendeklarasikan pemerintahan revolusioner," ujarnya, seperti dilansir GMA News pada 14 Oktober 2017.
Corazon melepaskan semua petugas yang ditunjuk serta membubarkan kongres dan konstitusi. Dia kemudian memastikan konstitusi baru ditegakkan dan mundur setelah pemilihan pada 1992.
Pemerintah revolusioner Filipina memiliki kewenangan yang lebih untuk membuat kebijakan tanpa harus meminta persetujuan parlemen atau kongres.
Pernyataan Duterte itu adalah bagian dari sebuah wawancara dengan penyiar Erwin Tulfo, yang ditayangkan di PTV News pada Jumat malam, 13 Oktober 2017.
Ini bukan pertama kalinya Rodrigo Duterte mengancam membentuk pemerintahan revolusioner. Beberapa hari sebelum terpilih pada Mei 2016, dia mengatakan ingin mendirikan sebuah pemerintahan revolusioner jika menang. Pada Agustus, Duterte kembali mengangkat gagasan itu dengan mengatakan hal itu akan membawa perubahan ke negara tersebut.
SYDNEY MORNING HERALD | GMA NEWS | INQUIRER | YON DEMA
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.