TEMPO.CO, Jakarta - Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) diklaim sebagai kelompok militan yang paling kaya dibandingkan yang lainnya. Selain dengan penjualan minyak ilegal, ternyata ISIS juga mendapatkan pemasukan yang cukup besar dengan menyandera sejumlah warga Barat.
Dalam laporan tim ahli dari Komite Anti-Terorisme Dewan Keamanan PBB Yotsna Lalji, ISIS mampu memperoleh uang sekitar US$ 35 juta (Rp 427 miliar) hingga US$ 45 juta (Rp 547 miliar) dari permintaan uang tebusan kepada keluarga atau negara para tahanan selama setahun yang lalu.
"Penculikan kepada warga Barat semakin bertambah. Kelompok ekstremis seperti ISIS bisa mendapatkan uang hingga US$ 45 juta dalam setahun," kata Lalji, seperti dilaporkan Time, Selasa, 25 November 2014. (Baca: Gara-gara ISIS, Menteri Pertahanan AS Mundur)
Pendapatan dari uang tebusan yang diterima ISIS dilaporkan lebih banyak daripada bawahan kelompok Al-Qaeda. Misalnya, kata Lalji, kelompok Al-Qaeda di Semenanjung Arab yang beroperasi di Yaman mendapatkan uang tebusan sekitar US$ 20 juta (Rp 243 miliar) pada 2011 dan 2013. Bawahan Al-Qaeda yang beroperasi di Afrika Utara, Maghreb Islam, bisa mendapatkan US$ 75 juta (Rp 912 miliar) dalam waktu empat tahun.
Sedangkan Boko Haram, yang juga diklaim memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, dilaporkan telah mengumpulkan "jutaan dolar" dalam beberapa tahun terakhir. Adapun kelompok militan Abu Syayyaf di Filipina menerima sekitar US$ 1,5 juta (Rp 18 miliar) dalam waktu setahun. (Baca: Cegah Teroris, Jaksa AS Dikirim ke Sejumlah Negara)
"Kelompok teroris, baik yang beroperasi sendiri maupun yang terkait dengan Al-Qaeda, bekerja sama dengan salah satu suku di Yaman yang akan memberikan sandera dengan imbalan uang," kata Lalji.
TIME | RINDU P. HESTYA
Berita Lain:
Jokowi Kian Jauh Tinggalkan Obama di Polling Time
Polisi Ferguson Tak Dituntut, Massa Mengamuk
3 WNI Korban Ledakan Tambang Sarawak Dipindahkan