Foto pria bernama Seifeddine Rezgui, yang disebut sebagai pelaku penembakan puluhan wisatawan di resor pantai Tunisia pada 26 Juni 2015. Sebuah situs militan yang berasosiasi dengan ISIS mengunggah foto ini sehari setelah penyerangan. Militant photo via AP
TEMPO.CO, Jakarta - Saif Rezgui, 23 tahun, pelaku penembakan 39 turis di Pantai Imperial Marhaba, Tunisia, pada Jumat, 26 Juni 2015 diduga kuat terafiliasi dengan kelompok garis keras Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kelompok yang tengah menjadi sorotan dunia itu juga ditengarai berhasil merekrut lebih dari 3000 warga Tunisia.
Seperti diberitakan Reuters pada Minggu, 28 Juni 2015, pemerintah Tunisa memperkirakan mayoritas warga negara mereka yang bergabung dengan ISIS justru berlatar belakang keluarga kelas menengah dan berpendidikan. Banyak warga yang tertarik ikut kelompok ini setelah gerakan demokrasi yang menggulingkan pemerintahan otokrasi Zine El-Abidine Ben Ali pada 2011 silam.
Sumber Reuters di pemerintah Tunisia mengatakan lahirnya demokrasi di negara itu justru menyuburkan perkembangan ajaran Islam ultra-konservatif. Kelompok-kelompok yang mengikuti ajaran itu kemudian menjadi kelompok teroris serta mengambil alih masjid-masjid dan sekolah untuk menunjukkan taring mereka, terutama kepada negara-negara sekuler di Timur Tengah.
"Saif diduga kuat berhubungan dengan kelompok garis keras ini melalui Internet," ujar sumber lain di lembaga keamanan negara tersebut. Namun, ujarnya, dia tak masuk ke dalam daftar teroris atau pernah diketahui berafiliasi dengan kelompok ultra-konservatif. Bahkan, kepolisian Tunisia tak punya catatan kriminal terkait Saif.
"Dia mungkin melakukan aksi ini atas dasar kemauannya sendiri, yang terinspirasi dari ajaran ISIS." Aparat keamanan sejauh ini masih menganggap aksi Saif itu merupakan tindakan pribadi yang tidak terhubung dengan kelompok mana pun. Saat penyerangan yang menewaskan 39 orang itu pun, Saif diketahui melakukannya seorang diri.
Salah satu rekan Saif, Ahmed, mengatakan masih tak habis pikir temannya bisa sadis seperti itu. "Saat saya melihat gambar dia membawa senjata, saya selalu teringat bahwa kami sering menghabiskan waktu bersama-sama. Saya masih belum mengerti alasan dia."