Sejumlah militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memegang senjata dibelakang polisi Irak sebelum dieksekusi setelah diduga memata-matai untuk memberikan informasi pada pemerintah Irak. dailymail.co.uk
TEMPO.CO, London - Sebanyak 5.000 warga Eropa bertempur bersama kelompok ekstremis di Suriah dan Irak. Menurut Direktur Europol Rob Wainwright, hal ini dapat menyebabkan mereka melakukan ancaman teror ketika kembali ke negara mereka.
Kepala MI5 ini juga mengatakan, minggu lalu, sekitar 600 warga Inggris berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). (Baca: Akun Sosmed Militer AS Dibajak Pendukung ISIS)
Wainwright juga memperingatkan adanya "kesenjangan keamanan" yang menyebabkan para ekstremis meretas akun-akun online dinas keamanan dan kepolisian. "Kenyataannya bahwa saat ini otoritas keamanan tidak memiliki kemampuan yang diperlukan untuk sepenuhnya melindungi masyarakat dari ancaman seperti ini," Wainwright menambahkan. (Baca: Kapolri: 110 WNI Bergabung dengan ISIS)
Dia pun menekankan bahwa media sosial digunakan oleh para ekstremis sebagai alat propaganda. Serta sebagai sarana merekrut jihadis potensial dan mengorganisasi kegiatan mereka.