James Foley hilang di Suriah pada 22 November 2012 saat bekerja sebagai jurnalis frrelance untuk AFP dan GlobalPost. Sebelumnya ia pernah ditahan oleh kelompok pro-Gaddafi selama 44 hari di Libya pada 2011. AP/Steven Senne
TEMPO.CO, Jakarta - Wartawan asal Amerika, James Foley, yang telah dipenggal oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada Agustus lalu juga disiksa dengan metode waterboarding. Hal ini diungkapkan oleh rekan-rekan tawanan yang satu ruangan dengan Foley saat masih dipenjara.
Waterboarding adalah cara interogasi yang paling keji yang digunakan oleh pengadilan Spanyol. Metode ini mensimulasikan rasanya tenggelam hingga hampir mati dengan memasukkan air ke mulut korban yang ditidurkan dan terikat. (Baca: Penyebab AS Gagal Selamatkan James Foley dari ISIS)
"Beberapa dari kami yang mencoba melarikan diri akan langsung dikenakan hukuman waterboarding oleh anggota muslim. Sementara itu, jika seorang muslim berusaha kabur, maka hukuman waterboarding dilakukan oleh anggota Amerika," kata Jejoen Bontinck, seorang pria Belgia yang satu ruang tahanan dengan Foley, kepada Time, seperti dilaporkan Daily Mail, Senin, 27 Oktober 2014.
Selain disiksa dengan waterboarding, kata Bontinck, Foley juga digantung terbalik dengan kaki diikat di sebuah tiang dan kepala hampir menyentuh tanah selama berjam-jam. "Saya melihat jelas ada bekas luka di pergelangan kakinya. Dia sempat bercerita kepada saya bahwa kakinya dirantai. Foley memang disiksa paling parah. Mungkin karena dia orang Amerika," kata Bontinck.
Tahanan ISIS juga dibuat kelaparan agar tidak bertenaga. Kata Bontick, ISIS hanya memberi makan seukuran satu cangkir teh dalam sehari. "Saya takut dan lemah. Namun, kami saling menguatkan," kata Bontinck. (Baca: Surat Terakhir James Foley untuk Keluarganya)