Sejumlah fotografer mengambil gambar tank milik militer Turki saat berada di perbatasan Turki-Suriah untuk menjaga-jaga pergerakan Negara Islam di Kobani, Suriah, 6 Oktober 2014. AP/Lefteris Pitarakis
TEMPO.CO, Ankara - Kota Kobane yang merupakan kota perbatasan Suriah dan Turki terus digempur kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), meski serangan udara Amerika Serikat terus dilancarkan di wilayah ini. (Baca: AS Dinilai Tidak Reaktif, ISIS Kuasai Kobani)
“Sangat tidak realistis mengandalkan pasukan Turki untuk melakukan operasi darat sendiri,” ujar Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam sebuah konferensi pers saat mengunjungi Kepala NATO Jens Sstoltenberg, seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 10 Oktober 2014.
Menurut Mevlut, AS sangat lambat menyeret kaki mereka sebelum memutuskan untuk mengambil tindakan atas peristiwa yang menimpa Suriah, termasuk perang sipil yang telah berlangsung sejak 2011 itu.
Turki telah lama menganjurkan AS mengambil tindakan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad yang diduga menggunakan senjata kimia dalam perang sipil tersebut. Namun AS membatalkan serangan udara terhadap pasukan pemerintah Damaskus pada menit-menit terakhir ketika Assad setuju menyerahkan senjata kimia tersebut.
Adapun umat Kurdi Turki justru dibuat kesal dengan lambatnya tindakan pasukan militer Turki. Memang, sejumlah tank dan pasukan militer telah berjaga di sepanjang perbatasan Kobane, tapi mereka tidak melakukan tindakan yang berarti. (Baca: ISIS Kuasai Sepertiga Wilayah Kobane)