Amandemen UU Ancam Kemerdekaan Pers Australia  

Reporter

Kamis, 2 Oktober 2014 15:44 WIB

Seorang wanita pengikut agama kuno Yazidi beristirahat di kuil suci setelah mengungsi akibat serangan dari Negara Islam Irak (ISIS) di pegunungan Shikhan (11/8). AP/ Khalid Mohammed

TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Australia meloloskan amandemen Undang-Undang tentang Keamanan Nasional yang dikhawatirkan mengancam kemerdekaan pers. Pasalnya, dalam amandemen itu diatur mengenai ancaman penjara lima hingga 10 tahun bagi siapa saja yang menyebarkan informasi perihal operasi khusus intelijen.

Amandemen ini dilakukan terkait dengan kebijakan Australia memperkuat keamanan nasional untuk menghadapi aksi terorisme. Seperti dilansir Russia Today, Rabu, 1 Oktober 2014, amandemen undang-undang ini juga melarang menggandakan, menulis kembali, atau menyimpan rekaman tentang aktivitas badan intelijen Australia (Australian Security Intelligence Organisation).

Australia tidak ingin mengulangi kasus bocornya dokumen Keamanan Nasional Amerika Serikat oleh mantan intelijen AS, Edward Snowden.

Laporan terkait dengan keamanan nasional dibatasi bersamaan dengan diperluasnya monitoring info melalui Internet. Hal-hal tersebut dilakukan guna meningkatkan keamanan nasional di tengah ancaman milisi ISIS yang kemudian menyebut diri Negara Islam.

Menteri Kehakiman Michael Keenan menyatakan hal ini dilakukan untuk pencegahan lolosnya informasi yang ditakutkan akan mempermalukan negara. Batasan informasi yang proporsional dirasa perlu untuk membuat komunikasi informasi dan urusan badan intelijen berjalan lancar.

Kritik keras datang dari Andrew Wilkie, mantan intelijen MP Federal. "Ini membatasi kebebasan berpendapat, ini membatasi pengawasan terhadap tujuan pemerintah," ujarnya.

Penolakan lain datang dari Adam Bandt, Wakil Ketua Greens, yang percaya bahwa badan intelijen juga dapat melakukan kesalahan. Menurut Bandt, jika peraturan ini dilaksanakan, bisa saja badan intelijen tidak sengaja membunuh narasumber tidak bersalah. Jurnalis tidak dapat menjalankan tugasnya.

Sayangnya penolakan oleh kritikus hukum yang merupakan kaum minoritas di Dewan Australia, tidak berarti apa-apa, mengingat undang-undang ini didukung oleh Partai Buruh, partai berkuasa.

The Committee to Project Journalists (CPJ) berkantor di New York, Amerika, khawatir dengan peraturan Australia yang baru. "RUU keamanan nasional Australia menimbulkan keprihatinan serius tentang ke mana arah Australia," kata koordinator program CPJ Asia, Bob Dietz.

"Undang-undang ini akan sangat menghambat kepentingan publik dan kami ingin anggota parlemen menambahkan pengamanan untuk wartawan dan whistleblower."

Perubahan peraturan ini dianggap kontroversial karena undang-undang ini sudah ada sejak 1979, dan sudah seharusnya di-upgrade untuk menghadapi ancaman terorisme. Perdana Menteri Tony Abbott telah memperingatkan sebelumnya bahwa perubahan kali ini bisa jadi diartikan sebagai sebuah pergeseran "keseimbangan antara kebebasan dan keamanan".

Pada pertengahan September 2014, Australia menaikkan waspada teror ke tingkat tertinggi kedua dalam menanggapi kegiatan ekstremis ISIS.

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

2 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

21 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

22 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

31 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

32 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

33 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

33 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

34 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

34 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

34 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya