California Resmi Larang Penggunaan Tas Plastik

Reporter

Kamis, 2 Oktober 2014 11:15 WIB

Aktivis lingkungan mengkampanyekan pengurangan penggunaan tas plastik di sebuah pusat perbelanjaan di Tangerang, Banten, (26/4). Mereka menukar tas plastik dengan tas reusable secara gratis, untuk memperingati Hari Bumi. TEMPO/Marifka Wahyu

TEMPO.CO, California - Negara bagian California melarang penggunaan tas plastik untuk alasan pelestarian lingkungan. Larangan ini diatur dalam undang-undang yang baru disahkan. Pemberlakuan peraturan baru ini dilakukan secara bertahap mulai 1 Juli 2015.

Toko yang menjual kebutuhan sehari-hari dan apotek tidak lagi dibolehkan menggunakan plastik sebagai pembungkus barang. Jika aturan ini dilanggar, pelakunya didenda US$ 10 sen atau sekitar Rp 121 ribu. Aturan ini berlaku di seluruh tempat penjualan dengan jenis apa pun pada 2016.

Pengecualian penggunaan pembungkus plastik diberlakukan untuk pembungkus daging, buah, dan sayur. Pedagang yang melanggar aturan ini didenda US$ 5.000.

California merupakan negara bagian pertama di Amerika Serikat yang memberlakukan larangan penggunaan pembungkus atau tas plastik dengan alasan pelestarian lingkungan.

Sebenarnya, larangan penggunaan pembungkus plastik sudah diberlakukan di lebih dari seratus kota di Amerika. Namun larangan itu bersifat parsial. Pada 2007, San Francisco merupakan kota pertama yang melarang penggunaan tas atau pembungkus plastik. Kota-kota lain kemudian mengikuti langkah San Francisco. Larangan parsial ini diperkirakan akan menuju larangan total dalam beberapa waktu ke depan.

Larangan penggunaan kantong plastik dianggap sangat penting mengingat satu tas plastik dapat mencemari sungai, laut, tanah, pantai, dan berbahaya bagi hewan serta sulit melalui proses pembusukan.

Gubernur California Jerry Brown menuturkan undang-undang ini merupakan keputusan yang tepat. "California akan menjadi yang pertama dalam larangan tas plastik dan tidak akan jadi yang terakhir," ujarnya, seperti dikutip Russia Today, Selasa, 1 Oktober 2014.

Ternyata tidak semua lapisan masyarakat setuju akan munculnya peraturan ini. Lee Califf, Direktur Eksekutif American Progressive Bag Alliance--yang merupakan koalisi produsen tas plastik di California, mengatakan kebijakan larangan penggunaan tas plastik mengesampingkan manfaat publik. Menurut Califf, peraturan tersebut akan mengakibatkan hilangnya mata pencaharian banyak orang dan biaya yang lebih tinggi bagi konsumen.

Perkumpulan ini berusaha menggagalkan peraturan larangan penggunaan tas plastik dengan mengajukan referendum. Untuk itu, mereka berusaha mengumpulkan 500.000 tanda tangan penolakan dalam jangka waktu tiga bulan. Kemudian, tanda tangan yang terkumpul akan diajukan pada November untuk diputuskan oleh pemilih.

RUSSIA TODAY | INTAN MAHARANI




Baca juga:
Ada Demo Buruh di HI, Arus Lalu Lintas Dialihkan
Sering Kebobolan, Kepala Secret Service AS Mundur
Perburuan Penyu Hijau di Malang Meningkat
Tolak UU Pilkada, 2 Warga Ciamis Kubur Diri

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya