Novel 'Doctor Zhivago' dan Propaganda CIA  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Senin, 7 April 2014 23:18 WIB

Lambang Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen Amerika, yang terdapat di Lobi Markas Besar CIA di Langley. cia.gov

TEMPO.CO, Washington - Sebuah paket rahasia tiba di markas badan intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA), Januari 1958. Di dalamnya ada dua rol film dari badan intelijen Inggris yang berisi gambar halaman novel berbahasa Rusia berjudul "Doctor Zhivago".

Buku karya penyair Boris Pasternak ini dilarang diterbitkan di Uni Soviet. Inggris, yang menyarankan bahwa CIA mendapatkan salinan novel itu dari negara Tirai Besi, julukan Uni Sovyet saat itu. Ide itu segera memperoleh daya tarik di Washington, musuh bebuyutan Moskow.

"Buku ini memiliki nilai besar bagi propaganda," kata sebuah memo CIA kepada seluruh kepala cabang CIA Divisi Soviet Rusia. "Kita memiliki kesempatan untuk membuat warga Soviet bertanya-tanya apa yang salah dengan pemerintah mereka, ketika sebuah karya sastra oleh orang yang diakui sebagai penulis terbesar bahkan tidak tersedia di negaranya sendiri, dalam bahasanya sendiri, bagi warganya sendiri untuk dibaca."

Memo tersebut adalah salah satu dari lebih dari 130 dokumen CIA yang dideklasifikasi (dinyatakan tak bersifat rahasia) yang menceritakan detail keterlibatan rahasia CIA dalam pencetakan buku "Doctor Zhivago" -rencana berani yang membantu memberikan buku ke tangan warga Soviet yang kemudian menyerahkannya dari teman ke teman, yang memungkinkan buku itu beredar di Moskow dan kota-kota lain di Blok Timur.

Karena daya tarik abadi dari novel dan film yang berdasarkan cerita tahun 1965 itu, "Doctor Zhivago" tetap menjadi karya fiksi monumental. Namun hanya beberapa pembaca yang mengetahui pencetakan buku itu dan bagaimana novel itu akhirnya tersebar ke seluruh dunia. Peran CIA -dalam publikasi dari edisi bahasa Rusia dalam versi hardcover yang dicetak di Belanda dan versi paperback dicetak di markas CIA- telah lama disembunyikan.

Dalam dokumen yang baru diungkapkan, bagaimanapun, menunjukkan bahwa operasi untuk menerbitkan buku itu dijalankan oleh Divisi CIA Soviet Rusia, yang diawasi oleh Direktur CIA Allen Dulles dan disetujui oleh Badan Koordinasi Operasi (Operations Coordinating Board-OCB) Presiden Dwight D. Eisenhower, yang melaporkan kepada Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih. OCB, yang mengawasi operasi rahasia, memberikan CIA kontrol eksklusif atas eksploitasi atas novel tersebut.

Dokumen-dokumen soal ini, disediakan atas permintaan dari para penulis untuk sebuah buku "The Affair Zhivago", yang akan diterbitkan pada 17 Juni mendatang.

Menurut Washington Post edisi 6 April 2014, selama Perang Dingin, CIA mencintai sastra, entah itu novel, cerpen, juga puisi. Mulai dari karya Joyce, Hemingway, Eliot, Dostoevsky, Tolstoy, dan Nabokov.

Buku adalah senjata. Jika karya sastra tidak tersedia atau dilarang di Uni Soviet dan Eropa Timur, itu dapat digunakan sebagai propaganda untuk menantang realitas versi Soviet. Selama Perang Dingin, sebanyak 10 juta kopi buku dan majalah secara rahasia didistribusikan CIA ke balik negara Tirai Besi sebagai bagian dari kampanye perang politik.

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya