Ini Wawancara Eksklusif Tempo-Mandela pada 1990
Editor
Yosep suprayogi koran
Jumat, 6 Desember 2013 08:37 WIB
Anda pendiri sayap militer dari KNA. Apakah kini Anda masih mengharapkan perjuangan bersenjata atau tidak?
Keputusan mendirikan sayap militer itu dilakukan dengan keengganan, karena Kongres berprinsip perjuangan tanpa kekerasan. Ketika rezim Afrika Selatan semakin brutal menekan penduduk kulit hitam, apalagi ketika polisi mendatangi rumah demi rumah dan memaksa penduduk keluar dari rumahnya, kami merasa harus menahan serangan brutal itu. Kami dihadapkan pada situasi yang tidak bisa ditoleransi lagi.
Baru sekarang, pemerintah Afrika Selatan mau menerima tawaran negosiasi kami. Dan selama ini kami sudah melakukan dua pertemuan. Nah, ketika kami melihat adanya suasana dari pemerintah yang bersedia bernegosiasi itulah, kami memutuskan untuk menangguhkan aksi militer untuk sementara. Ada perbedaan yang jelas antara "menunda" dan "menghentikan".
Sementara itu, tentu saja kami perlu menatar militer kami. Selama ini mereka beroperasi secara gerilya. Sekarang mereka ditransformasikan ke bentuk militer yang konvensional. Caranya dengan mengirim mereka untuk latihan di beberapa negara.
Apakah pendekatan damai Anda disebabkan setelah begitu lama Anda dalam penjara?
Bukan. KNA sendiri kan memang ingin penyelesaian yang damai. Baru sekarang pemerintah Afrika Selatan mendengarkan dan menyetujui permintaan kami.
Bagaimana evaluasi Anda pada sikap Presiden De Clerk sekarang?
Sangat sulit menganalisis kejujuran dan ketulusan seorang politikus. Saya kira perubahan sikap pemerintah Afrika Selatan disebabkan faktor yang sifatnya akumulatif. Pertama, gerakan massa Afrika Selatan yang terus-menerus dan tak pernah mati. Aksi massa Afrika Selatan maupun negara Afrika lainnya sudah mencapai titik panas dan sudah waktunya pemerintah Afrika Selatan menyadari bahwa satu saat rakyatlah yang akan menang. Lalu adanya dukungan internasional yang mengecam rezim apartheid dengan sanksi internasional hingga Afrika Selatan terisolasi.
Faktor lain lagi, yang tak terlalu diketahui masyarakat internasional, tentangan terhadap apartheid sebenarnya terjadi di kalangan pemerintah sendiri. Ada sebagian aparat yang lebih progresif, yang mengakui bahwa mereka tak bisa menggantungkan diri pada penyelesaian apartheid secara militer. Bahkan, Menteri Pertahanan Jenderal Magnus Malan, yang biasa dikenal sebagai orang yang sangat konservatif, saya kategorikan sebagai yang liberal. Bayangkan, dulu dia menjabat sebagai Pangab Afrika Selatan dan kini mengatakan, "Kita tidak boleh menghapuskan apartheid dengan cara militer. Kita harus menyelesaikannya lewat jalur politik."
Selanjutnya >> Kabarnya, pada 1985, Anda ditawari pembebasan, asal menghentikan perjuangan bersenjata.