TEMPO.CO, Washington - Pensiunan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat yang mundur karena kasus perselingkuhan, David Petraeus, mendukung Barack Obama atas rencana aksi militer terhadap Suriah. Ia mengatakan kegagalan untuk bertindak "Akan memiliki konsekuensi serius bukan hanya di Timur Tengah, tetapi di seluruh dunia."
Fox News melaporkan mantan direktur CIA ini menulis sebuah pernyataan keras dalam mendukung mantan bosnya itu dalam bentuk opini. "Saya sangat mendukung persetujuan Kongres untuk permintaan Presiden Obama meminta otoritas untuk melakukan aksi militer terhadap rezim Suriah Bashar Assad," katanya.
Menurutnya, penggunaan senjata kimia oleh siapapun tak bisa dibenarkan. "Tindakan semacam itu diperlukan untuk mencegah penggunaan senjata kimia di Suriah di masa mendatang dan menurunkan kemampuan rezim militer (di negara itu) secara keseluruhan," katanya.
Petraeus, yang telah lama dikenal memiliki banyak pengaruh di kalangan anggota Kongres dan khususnya di kubu konservatif, meminta parlemen AS itu berpandangan jauh ke depan sebelum memutuskan. "Kegagalan Kongres untuk menyetujui permintaan presiden akan memiliki konsekuensi serius bukan hanya di Timur Tengah, tetapi di seluruh dunia," katanya.
Menurutnya, tindakan itu diperlukan tidak hanya untuk mencegah penggunaan senjata kimia di Suriah di masa mendatang. "Tetapi juga untuk memastikan bahwa Iran, Korea Utara, dan lainnya yang akan menjadi agresor untuk tidak meremehkan Amerika Serikat saat memutuskan untuk mengambil aksi militer lain ketika persenjataan mereka tak memadai," katanya.
FOX NEWS | TRIP B
Terhangat:
Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Jokowi Capres? | Miss World
Berita lain:
Bagaimana Dul Mengendarai Mobil? Ini Kata Temannya
Tabrakan Jagorawi, Ada Catatan Fisika di Mobil Dul
Kronologi Tabrakan Jagorawi Melibatkan Anak Dhani
Pesan Terakhir Salah Satu Korban Tabrakan Jagorawi
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya