TEMPO.CO, Washington - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan Sabtu bahwa Amerika Serikat "harus mengambil tindakan militer terhadap sasaran-sasaran di Suriah" terkait dugaan penggunaan senjata kimia. Namun ia nyatakan pemerintahannya akan meminta persetujuan Kongres untuk bergerak.
Dalam pidato televisi dari Taman Mawar di Gedung Putih, Obama meminta anggota Kongres untuk mempertimbangkan tanggung jawab dan nilai-nilai mereka dalam memperdebatkan aksi militer AS atas Suriah. "Hari ini saya minta Kongres untuk mengirim pesan kepada dunia bahwa kita bersatu sebagai satu bangsa," katanya.
Obama mengatakan para pemimpin Kongres akan mengagendakan pembicaraan setelah mereka kembali ke Washington pada 9 September.
Pernyataan Obama datang tak lama setelah inspektur PBB meninggalkan Suriah, membawa bukti yang akan menentukan apakah senjata kimia digunakan dalam serangan awal pekan lalu di pinggiran kota Damaskus. "Tujuan dan mandat sangat jelas, yaitu untuk memastikan apakah senjata kimiabenar-benar digunakan dan bukan oleh siapa," kata juru bicara PBB, Martin Nesirky, kepada wartawan, Sabtu.
Tentang siapa yang menggunakan senjata dalam serangan gas beracun yang dilaporkan terjadi di pinggiran kota Damaskus pada 21 Agustus telah menjadi titik kunci perdebatan global selama krisis Suriah. Para pejabat tinggi AS mengatakan tidak ada keraguan bahwa pemerintah Suriah berada di belakangnya, sementara para pejabat Suriah membantah bertanggung jawab dan menyalahkan kelompok jihad yag bertikai dengan pemberontak.
Inggris dan laporan intelijen AS mengatakan serangan itu melibatkan senjata kimia. Tetapi para pejabat PBB telah menekankan pentingnya menunggu laporan resmi dari para pengawas itu pada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon.
CNN | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya